2013/12/17

Ini Cinta

By: Yolla Dwi Mutia



Ini Cinta....
Ketika fikiranku selalu menemukan jalan
untuk terus mengalirkan banyak hal
Ini Cinta....
Ketika sebentar saja kehadiranmu
dapat memberi warna untuk setiap hariku
Ini Cinta...
Ketika jarak cukup membuatku merana
namun tak pernah membuatku cukup menyerah pada kita
Ini Cinta...
Ketika segala dalam hidup jauh lebih ringan untuk diarungi
jika kamu berada disampingku
dan kamu perlu tahu definisi cinta bagiku adalah..
KAMU
 
Sedikit cerita mengenai cinta, sejujurnya akupun tak pernah mengerti apa makna cinta yang sebenarnya karena yang kutahu cinta itu hanya dapat dimengerti dan dirasa lalu kemudian diugkapkan melalui susunan kata-kata yang indah. Cinta terlalu klise jika dibahas lebih dalam karena ku percaya setiap orang pasti merasakan apa itu cinta.
Cinta tak pernah mengenal kata selamat datang dan juga tak mengenal kata selamat tinggal karena cinta di datangkan pada hati yang terbiasa dan sulit untuk melepas. Cinta bukan hanya memiliki tapi lebih kepada menguatkan dan memeluk dalam doa.
Cinta yang tulus selalu berasal dari hati yang tulus, karena cinta hanya berbicara lewat hati bukan lewat mulut. Dan kau tahu hatiku kini membicarakan itu, aku tak mau menerjemahkan ini karena kutahu cinta itu akan selalu ada di hati dan takkan pernah pergi.
Cinta masalah waktu kapan dia akan disatukan, hanya jarak yang menjadi waktu kapan detik itu akan berjalan lebih cepat untuk kita menyatu. Dan kini aku menunggu detik itu muncul untuk mempertemukan kita dalam waktu yang sama.
Jika kau berpikir cinta itu kini berkelana, maka kau salah karena cinta hanya masalah waktu kapan dia akan menetap disaat yang tepat.
"Cinta bukan hanya merasakan kebersamaan tapi bagaimana kau tetap mempertahankan dia meskipun banyak cinta lain disisimu"
-YDM-




2013/12/16

Aku Ingin Selamanya Menulis

By: Yolla Dwi Mutia





Aku ingin selamanya menulis...
Karena bagiku apapun yang kutulis adalah torehan kisah yang dapat kuingat ketika aku mulai pikun
Aku ingin selamanya menulis..
Karena dengan menulis aku bisa mengungkapkan apa saja tanpa harus mengatakannya
Aku ingin selamanya menulis.....
Karena bagiku tulisan itu takkan pernah mati ia akan selalu hidup di setiap pikiran dan hati para pembacanya
Aku ingin selamanya menulis...
Karena hanya tulisan yang akan menjadi memoriku kelak, tentang bagaimana dan apa aku dahulu
Aku ingin selamanya menulis....
Karena hanya dengan menulis aku bsa membagi duniaku untuk semua orang di belahan dunia manapun
Aku ingin selamanya menulis...
Karena ketika mulut bungkam, hanya tulisan yang dapat mengatakan walau hanya lewat susunan kata 
Aku ingin selamanya menulis....
Karena bagiku tulisan itu adalah perkataan hati yang tak bisa di dustai
Aku ingin selamanya menulis....
Karena bagiku tulisan adalah hal yang berasal dari hati dan akan melekat juga pada hati karena kutahu sesuatu yang berasal dari hati itu adalah suci
Aku ingin selamanya menulis...
Karena hanya tulisanlah yang dapat mengerti aku dalam diam, memelukku lewat kata-kata, dan menerjemahkannya melalui kamlimat yang indah
Dan....
"Aku akan terus menulis karena bagiku tulisan bukan hanya susunan kata tapi tulisan adalah kehidupan yang kadang terlupakan tapi ada".
Dan hanya dengan menulis aku dapat merangkai duniaku yang terlupakan, karena hanya dengan menulis semuanya akan terasa lebih dekat dan nyata.
"Dan tulisan itu adalah warisan yang tak akan pernah mati sekalipun kau telah tiada karena selama tulisanmu masih dibaca dia akan selalu ada dalam kehidupan siapapun dan selama itu pula kau berada dalam hati pembacamu".
Satu hal setiap orang adalah penulis yang hebat untuk kehidupannya sendiri :)
"Menulislah dengan hatimu, maka kau akan mendapatkan hati yang lain karena tulisanmu" 
"Semua yang kutulis adalah aku karena aku ingin dikenang lewat tulisanku"

I love writing
I've always loved writing
-YDM-

 

2013/12/03

You Are The One

By: Yolla Dwi Mutia







            “Dindaaaaaa”
            “Apa?” jawab Dinda ketus
            “Kantin yuk”
            “Yaelah Bayu kenapa sih tiap pagi lo mesti ngajakin gue ke kantin, udah dari setahun          yang lalu gue bilang kalo berangkat sekolah sarapan dulu” bawel Dinda
            “Tapi kan gue pengen sarapan bareng lo din”
            “Serah dulu deh, gue mau ke kelas”
            Itulah perbincangan kami setiap pagi ketika tiba di sekolah, ya antara Bayu dengan Dinda sepasang anak manusia yang telah menjalin persahabatan selama satu tahun belakangan ini. Pertemuan mereka diawali ketika satu kelompok dalam MOS tak sengaja Bayu dan Dinda dihukum karena mereka telat datang dari situlah persahabatan itu dirajut sampai pada saat sekarang ini. Selain itu kami juga ditakdirkan untuk satu kelas selama kelas satu tapi sayangnya saat pembagian jurusan di kelas dua kami terpisah Dinda memilih jurusan bahasa dan Bayu jurusan IPS, tapi apapun itu mereka tetap bisa menjaga komunikasi sehingga persahabatan itu langgeng sampai saat sekarang ini.
            Banyak teman-teman mengatakan kalau aku dan Dinda berpacaran karena kami selalu bersama, dimana ada Dinda pasti disitu ada aku kecuali dalam kelas. Kami tidak terlalu mengidahkan apa kata mereka terserah mereka mau pandang gimana asal nggak ngerugiin kami ataupun mereka. Dinda adalah cewek yang nggak begitu cantik tapi kecantikan itu terpancar dari hatinya itulah yang membuatku bertahan dengannya, dia berbeda dengan orang kebanyakan dia sangat periang hampir aku tak pernah melihatnya menangis dan dia selalu ada saat kubutuhkan maupun tidak pokoknya kalo deket Dinda perasaanku nyaman dan senang.
            Awalnya itu hanya perasaan antara sahabat saja, tak lebih. Tapi ntah mengapa saat liburan kenaikan kelas kemarin aku merasa kehilangan Dinda karena kami jarang bertemu soalnya Dinda ke Yogya pergi liburan dan aku tetep stay di Bandung. Ada rasa rindu yang mendalam kepada Dinda semakin kucoba pelajari arti rindu ini ntah mengapa terbesit dari pikiranku kata “cinta”. Aku belum paham tentang apa itu cinta sebenarnya karena kalau dari pengalaman pun aku bukan sosok yang mudah mengatakan cinta kepada orang lain, tapi kali ini berbeda ntah mengapa aku tak mau kehilangan dia.
            Dalam beberapa waktu kucoba lupakan tentang itu dengan menyibukkan diri tapi semakin kucoba menghilangkannya semakin dalam rasa itu tumbuh dihatiku. Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika kukatakan hal yang sejujurnya kepada Dinda, aku tak mau dengan ku mengatakan hal yang sejujurnya dia malah menjauh seperti yang sering kulihat di film-film. Akhirnya kuputuskan untuk memendamnya.
            Malam itu sekitar pertengahan Juli 2012 kami saling berbalas e-mail, awalnya bercanda-candaan seperti biasa candaan itu semakin membuatku menyukainya lebih dalam sehingga malam itu kucoba mengungkapkan perasaanku aku siap menanggung resiko yang akan terjadi mungkin lebih baik jujur daripada harus kupendam terus-menerus.
From    : Bayu@yahoo.com
To        : Dinda@gmail.com
            Din.. gue pengen bilang sesuatu sama lo, berhubung lo masih di Yogya dan ini harus diomongin sekarang jadi maaf banget ya Din gue harap lo nggak tersinggung ataupun marah sama gue. Gue bilang ini jujur dari hati gue yang paling dalam dan ini udah gue pikirin mateng-mateng apapun sikap lo ke gue ntar gue bakalan nerimanya tapi gue harap lo nggak marah ya din. Hemm panjang banget ya mukadimah gue hehehe :p.
            Din... nggak tau kenapa semenjak kita pisah karena liburan gue ngerasa kehilangan lo, ya kita emang ada komunikasi tapi nggak tau kenapa nggak ketemu sama lo, nggak becandaan sama lo secara langsung buat gue kangen banget sama lo, tapi kangen ini beda Din tiap malem gue mikirin lo mulu. Gue nggak tau apa ini terlalu cepet gue ungkapin tapi setelah gue mikir panjang dan sadar ternyata gue emang sayang sama lo melebihi sahabat. Din.. gue emang bukan cowok yang puitis tapi ini jujur dari hati gue yang mendalam.
            Dinnn... I LOVE YOU.
*send*
            Setelah e-mail tersebut terkirim, jantungku langsung berdegup dengan kencang keringat dingin bercucuran di badanku. Perasaanku bercampur aduk, antara lega karena perasaan ini sudah ku ungkapkan dan rasa cemas kalau Dinda malah marah terhadap sikapku ini. Aku tak memikirkan dia akan menerimaku atau tidak, tapi aku hanya ingin Dinda tau dengan perasaanku yang sebenarnya.
            15 menit berlalu, balasan dari Dinda tak kunjung datang aku semakin takut kalau Dinda benar-benar marah terhadapku. Tiba-tiba....
From    : Bayu@yahoo.com
To        : Dinda@gmail.com
            HAHAHAHA...... Bayu Bayu.. Jangan becanda J.
            Aku terkejut membaca balasan dari Dinda, mataku tak berkedip sedikitpun aku masih terpaku dengan tulisan yang hanya lima kata itu. Perasaanku kini antara kesal dan bingung, bagaimana tidak aku sudah seserius itu mengatakan isi hatiku dia malah menjawab dengan “jangan bercanda”. Tapi ambil hikmahnya ajalah terserah Dinda mau anggep gimana yang jelas aku sudah mengatakan yang sejujurnya.
***
            Back to school. Setelah kejadian malam itu Dinda tak berubah sikapnya terhadapku dia masih sama dengan Dinda yang ku kenal sejak awal, syukurlah kataku setidaknya aku masih bisa bareng-bareng sama Dinda.
            Awal September 2012, seperti biasa dalam jam istirahat kami pergi ke kantin menimati nasi goreng pak ujang. Ketika  menunggu pesanan datang Dinda menatapku dengan begitu serius.
            “Din.. ngapain sih liatin gue gitu banget”
            “Ada yang mau gue omongin sama lo Bay” jawab Dinda pelan
            “Apa?” tanyaku penasaran.
            Dinda menghirup napasnya dalam-dalam, aku bersiap memasang telinga tajam-tajam karena baru kali ini Dinda seserius itu.
            “Yaudah Din.. selamat ya” jawabku sambil senyum yang sangat dipaksakan. Tahukah kau apa yang dikatakan Dinda? Ya.. Dinda mengatakan kalau sekarang dia telah memiliki seorang kekasih bernama Yudha, seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Yogyakarta mereka berkenalan ketika Dinda liburan kemarin tapi jadiannya baru 2 minggu belakangan ini, dan selama itu Dinda tak memberitahuku bahkan tidak menceritakan kepadaku sedikitpun mengenai Yudha. Jujur, aku sangat kecewa dengan hal itu tapi kucoba memahaminya, aku tak mau mengomel disaat dia sedang bercerita semangat seperti itu. Dinda.. Dindaa..
            “So.. lo mau makan sepuasnya juga boleh Bay, gue traktir” kata Dinda penuh gembira. Aku hanya menjawabnya dengan senyuman yang dipaksakan, jangankan nambah ini saja aku sudah nggak mood buat makannya.
            Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi aku segera keluar kelas dan langsung ke parkiran, biasanya aku sudah nangkring di depan kelas Dinda untuk pulang bersama tapi kali ini aku merasa nggak mood aku tahu ini bukanlah sikap yang dewasa tapi aku butuh ketenangan sejenak untuk menata hatiku kembali yang telah hancur. Setibanya dirumah aku langsung rebahan tiba-tiba ada sms dari Dinda.
            “Bay.. lo pulang kok duluan aja sih, kok nggak nungguin gue? Lo kenapa sih Bay?”. Aku tak membalasnya, aku lebih memilih untuk tidur.
            Semenjak hari itu aku coba bersikap seperti biasa kepada Dinda, padahal hatiku begitu sakit karena dia selalu menceritakan bagaimana hubungan dia dengan Yudha. Aku menanggapinya dengan semangat yang dipaksakan aku tak mau Dinda malah berpikir negatif tentangku kalau tiba-tiba aku bersikap cuek terhadapnya. Jujur aku masih mencintai Dinda dan aku tak tau sampai kapan itu.
            Malam minggu di minggu pertama bulan Oktober tiba-tiba Dinda mengirim pesan kepadaku, dia mengajakku untuk pergi makan di cafe langganan kami akupun menyanggupinya. Kami janji bertemu di cafe jam 20.00 WIB, aku bergerak dari rumah sekitar pukul 19.45 WIB kupikir tidak terlalu macet ternyata sangat macet alhasil aku sampai di cafe dengan ketelatan setengah jam. Setelah parkir motor aku segera masuk ke cafe, tampak dari kejauhan ada Dinda duduk manis disana tapi hey siapa sosok lelaki disebelahnya itu? Apakah itu Yudha? Perasaanku mulai tak enak, kupikir ini makan malam kami berdua ternyata Dinda memberiku kejutan dan ini benar-benar membuatku terkejut.
            Kucoba melengkungkan senyum dibibirku ketika sampai di meja Dinda, Dinda berdiri melihatku dan mencium pipi kanan dan pipi kiriku.
            “Duduk Bay”. Akupun menurut saja.
            “Makanan lo dah gue pesen Bay” lanjut Dinda. Aku masuh terdiam.
            “Oya Bay.. kenalin ini yang namanya kak Yudha, kak ini sahabat aku yang sering aku        ceritain itu Bayu”. Yudha mengulurkan tangannya dan senyum kearahku, dengan terpaksa aku membalasnya aku nggak mau jadi orang yang terpengaruhi oleh emosi malam itu, dan aku juga nggak mau karena sifatku itu malah merusak persahabatanku dengan Dinda.
            Makan malam ini makan malam yang terburuk yang pernah kujalani, bagaimana tidak aku harus satu meja dengan orang yang sangat kusayangi tetapi dia menyayangi orang lain. Aku nggak kuat untuk disana lebih lama sehinggak kuputuskan untuk pulang dengan alasan kalau mama memintaku menemaninya ke dokter.
            Kulajukan motorku ke suatu tempat yang bisa membuatku nyaman, sebenarnya tempat ini adalah tempat aku dan Dinda sering menghabiskan waktu bersama kalau lagi suntuk. Tempatnya agak jauh dari keramaian Bandung yang disekelilingnya ada pegunungan yang masih sangat asri dan indah, setiap kali menghirup udaranya ada rasa kelapangan di dalam hati ini. Apalagi kalau di malam hari lampu-lampu kota Bandung dapat dilihat dengan sisi keindahan yang lain apalagi dengan diatapkan bintang-bintang yang sangat indah.
            Kini kuberada dipinggir lapangan, kurebahkan tubuhku yang berbantalkan tanganku sendiri menatap jauh ke langit, sehingga tanpa kusadari aku tertidur.
            “Bayuuuuuuuuuuuuu”. Tiba-tiba aku mendengar teriakan seseorang tepat ditelingaku yang tak lain dan tak bukan itu adalah suara Dinda. Sontak aku lansung berdiri, dan saat itu juga baru kusadari kalau aku tidur disitu samalaman.
            “Bay lo kenapa sih, ngapain tidur disini? Lo ada masalah cerita ke gue”
            “Nggak kok Din, pulang yuk” aku berjalan menuju arah motor
            “Bayu tunggu.. nggak mungkin lo nggak kenapa-napa, duduk sini”. Akupun tak kuasa menahan semuanya akhirnya kuluapkan semuanya kepada Dinda.
            “Lo pengen tau gue kenapa? Gue gini karena lo Din. Lo inget nggak waktu petengahan Juli kemaren gue e-mail lo dan ngutarain semuan perasaan gue itu jujur dari hati gue Din, nggak becandaan tapi apa lo nanggepinnya dengan becanda. Setelah itu gue coba buat nerima dan waktu itu gue bersyukur karena lo nggak marah sama gue. Tapi saat lo cerita tentang Yudha bahkan lo ngenalin dia ke gue malem tadi gue sakit Din, sakit selama itu gue mendem semuanya dan akhirnya lo ada yang lain. Gue nggak mau bilang sama lo karena gue nggak mau hubungan persahabatan kita putus gitu aja gue pengen selamanya sama lo Din meskipun hanya sahabat tapi jujur lo satu-satunya dihati gue saat ini meskipun dihati lo adalah Yudha”.
            Dinda kaget mendengar semua itu dia bahkan tak percaya dengan apa yang kuungkapkan barusan, dia masih menatapku ntah apa yang dia pikirkan. Sampai diapun membuka suara
            “Bayy.. jadi selama ini? Oh.. maaf gue nggak tau kenapa lo nggak coba buat ngeyakinin gue saat itu, gue mikir lo emang becanda malem itu karena lo nggak bales e-mail gue lagi. Jujur saat lu utarain itu ke gue, gue ngerasa seneng banget Bay tapi saat lo nggak bales e-mail gue, gue yakin kalo itu Cuma bagian dari becandaan lo”. Dinda menjelaskan.
            Ada rasa penyesalan meliputi hatiku, benar juga yang Dinda katakan kalau saat itu aku benar-benar meyakinkannya mungkin hal ini tak akan terjadi. Ohh.. betapa bodohnya aku.
            “Penyesalan emang datang di akhir Bay, sekarang gue udah sama Yudha dan gue harap lo bisa nerima itu buka hati lo buat yang baru Bay banyak diluar sana yang baik buat lo. Gue nggak mau Bay hubungan persahabatan kita harus putus karena masalah ini”.
            “Iya.. Din lo bener juga, maafin gue ya Din”. Kamipun menyatukan kelingking kami dan berpelukan.
***
            Setahun berlalu setelah kejadian itu tak ada yang berubah dariku, termasuk masalah perasaan aku masih menunggu Dinda dia begitu istimewa untukku belum ada kutemui selama setahun ini yang lebih dari dia. Sampai pada akhirnya Dinda menceritakan padaku kalau dia sudah putus dengan Yudha karena ternyata Yudha tak tahan dengan hubungan jarak jauh. Semenjak itu juga ku mulai mendekati Dinda dalam hubungan percintaan. Sampai puncaknya ketika perpisahan sekolah aku mengutarakan cintaku untuk Dinda di depan para undangan, semua orang mendukungku supaya Dinda mau menerimaku, sampai pada akhirnya..
            “Dindaaa maukah kau menjadi wanitaku?”
            “Jangan bercanda” jawab Dinda.
            Semua orang kebingungan dengan jawaban Dinda tapi setelah itu dia menambahkan “Ya”. Semua undangan tepuk tangan aku tak dapat menahan rasa senangku di depan mereka semua kupeluk Dinda. Ya kini Dinda adalah wanitaku kan kujaga dia seperti ku mendapatkan hatinya. YOU ARE THE ONE DINDA.

S E K I A N
 

2013/10/03

Inikah Caramu Membalas Penantianku??





By: Yolla Dwi Mutia
 


            *Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi*. Kata-kata itu seolah tak bosan-bosannya diucapkan oleh operator provider pacarku. Apa yang sedang ia lakukan sedari malam kucoba menghubunginya masih saja dalam keadaan tidak aktif. Aku merasa diacuhkan, beberapa hari ini dia mengatakan memang sangat sibuk sehingga tak bisa menghubungiku serutin biasanya, kucoba mengerti dengan keadaan tersebut karena dalam hubungan jarak jauh ini kami dituntut untuk harus saling mengerti dan memahami.
            Kuletakkan pacar keduaku (handphone) diatas tempat tidurku yang serba pink, lalu segera pergi ke dapur untuk sekedar mengambil secangkir kopi.
            “Haaa.. Nikmatnyaa” desahku, setelah menyeruput kopi yang kubuat. Ntah mengapa aku suka sekali dengan kopi, kopi bisa menghilangkan mood jelekku dan membuat ku kembali tersenyum, aromanya yang khas seolah memberikan kesejukan di dalam rongga pernapasanku. Setelah cukup lama berdiri di dapur aku kembali beranjak ke kamar. Membuka handphone dan melihat layar nya kembali, haa ternyata masih sama saja tak ada satu pesan atau satu panggilan pun darinya. Aku mengutuk dirinya yang terlalu sibuk itu, tapi ku coba kembali menjadi sosok yang tak mudah merengek dengan keadaan seperti ini, bukankah kami telah sepakat menanggung resiko karena hubungan yang berjarak ini.
            Kuhempaskan tubuhku keatas kasur yang empuk, menerawang melihat keatas langit-langit kamar ntah apa yang kupikirkan yang jelas diotak ku kini hanya ada nama Indra, Indra dan Indra, *ringtone sms berbunyi*. Segera kuraih hanphoneku yang jaraknya tak jauh dari jangkauanku, kubuka dan kulihat layarnya tertulis disana “Meta” haaa siaalll.
            “Ndah, temenin bentar yuk ke toko kue sepupu gue ulang tahun nih” sms Meta. Aku berpikir sejenak, tak salahnya juga aku pergi setidaknya aku bisa melupakan Indra sejenak meskipun itu tak akan benar-benar terjadi. “Oke” balasku. Sesampainya di toko kue yang dijanjikan aku segera bertemu Meta, kami segera memilih kue yang dirasa cocok untuk sepupu Meta, tak butuh waktu yang lama kami mendapatkan kue tersebut. “Ndah ntar lo dateng ya kerumah, please lo kan juga bagian dari keluarga gue”. Aku hanya mengangguk.
            Tepat pukul 19.00 WIB ku melaju kerumah Meta, dengan mengenakan dress selutut berwarna pink polos, kalung mutiara pemberian mama menghiasi leherku yang jenjang, dan dengan tatanan rambut yang tergerai menambah keanggunanku malam ini. Sesampainya di rumah Meta aku langsung disambut oleh Meta dan mamanya. “Indah cantik sekali” puji tante Irna. Aku tersipu malu dan mngucapkan terima kasih. Acara dimulai tepat pukul 20.00 WIB semua para undangan telah berkumpul di halaman belakang rumah yang telah diubah menjadi sebuah tempat yang indah dengan beberapa ornamen ulang tahun dan lampion-lampion yang menggantung indah, serta lilin-lilin kecil yang mengambang di atas kolam renang.
            Pukul 23.00 WIB acara selesai, Meta memintaku untuk menginap dirumahnya saja tapi aku menolaknya dengan halus karena malam ini pembantuku tak berada dirumah. Meta memahaminya, akupun meluncur ke rumah. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar, baru saja membuka pintu kamar aku terkejut ketika teringat bahwa handphone ku tertinggal di kamar segera kubuka pintu kamar dan meraih handphone yang terletak di meja tata rias. Kubuka layar handhone daaannnnn ada 5 panggilan tak terjawab dari Indra, tanpa adanya pesan, ada rasa penyesalan dalam diriku kenapa bisa lupa membawanya padahal kabar dari Indra sangat unantikan sejak lusa yang lalu. Tanpa berpikir panjang aku langsung menelponnya kembali, tapi sial nomornya kembali tak aktif kucoba berulang kali tapi masih saja tak aktif.
            Kekecewaan dan penyesalan merasuki diriku tanpa kusangka akupun menangis, mungkin bantal ini sudah lelah dan muak karena harus menampung air mataku setiap malam dan menangisi orang yang sama, haaaahh betapa bodohnya aku. Tanpa kusadari akupun terlelap.
***
            Matahari seolah menertawaiku dengan sinarnya yang menyengat, ku kernyitkan kening ketika menatap layar handphone ku ada sebuah pesan dari nomer yang tak diketahui. Pertanyaan yang membuat penasaran, akupun membalas pesan tersebut dengan cepat dan tak butuh waktu lama diapun membalasnya kembali, setelah saling balas-maembalas cukup lama akupun tertegun dan seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan pengirim pesan tersebut, lutut dan tanganku terasa bergetar, bulir-bulir air mataku menetes melewati pipi chubby ku.
“Maaf, namaku Linda aku tau kamu dari Indra. To the point aja karena kita sesama wanita aku tak mau menyakiti perasaan kaum kita aku mengenali Indra sudah 3 bulan belakangan ini dan maaf kami telah menjalin kasih selama 1 bulan belakangan ini”.
            Pesan itu kubaca berulang kali, aku masih tidak percaya dengan apa yang kubaca. Apakah ini benar? Apakah ini benar Indra? Kenapa? Tegakah kamu?. Tak kubalas pesan itu, kulempar handphone ke sudut kamar hatiku saat ini hatiku benar-benar hancur, tega sekali ia melakukan hal itu padaku ataukah ini hanya semacam tipuan untuk merusak hubunganku dengannya, tapi untuk apa? Apa tujuannya?. Untuk beberapa lama aku hanya menangis sampai tak sadar aku tertidur.
            Semalaman aku tertidur dengan diselimuti kesedihan, sampai pada pukul 13.00 WIB aku baru bangun rasanya badan ini sulit untuk digerakkan, mata sulit untuk dibuka karena sembab. Aku merasa semua hal yang terjadi kemarin hanya mimpi semata, tapi tidak aku benar-benar mendapati kenyataan itu. Langkahku gontai menuju handphone yang kubuang semalam ku ambil kembali baterai dan handphone kusatukan kembali sehingga utuh seperti semula, kutekan tombol on dan syukurlah handphone itu masih bisa dihidupkan. Beberapa pesan masuk dengan nomor yang sama nomor yang tak asing bagiku dan tertera disana nama Indra.
Pesan 1.
Indahh..
Pesan 2
Indah aku minta maaf
Pesan 3
Indah maafkan aku, aku tau aku salah untuk semua keadaan ini tapi aku bisa jelaskan semuanya
            Air mataku kembali mengalir, aku masih tak mempercayai kalau Indra benar-benar melakukan hal itu padaku. Apa salahku hingga dia membuatku seperti ini. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka oleh mama, mama mengatakan bahwa diruang tamu ada Indra. Haahh untuk apa dia kesini bukankah sudah cukup jelas semuanya, tapi ada disisi hatiku yang lain ingin mendengar penuturan langsung darinya. Dengan perasaan yang masih sakit, kucoba untuk tersenyum menemui Indra aku tak mau terlihat sedih. Setibanya di ruang tamu Indra langsung meraih tanganku dan meminta maaf berulang kali, tapi tak kuacuhkan.
            Berbagai alasan dia utarakan agar aku memaafkannya mulai dari kejenuhan hubungan kami, sampai pada kerinduan yang tak kunjung terbalaskan. Hey.. apakah kau sadar bagaimana aku disini tapi aku tetap bertahan untukmu, aku tak mau hubungan kita ini berakhir dengan kesia-siaan., tapi kau seenaknya saja memberikan alasan yang tak bisa kuterima dimana hatimu. Aku mengutuk dirinya yang membuatku muak ntah mengapa kini aku sangat membencinya ya seseorang yang kusayangi kini telah berubah menjadi orang yang kubenci.
“Sudahlah.. aku tak mau melihatmu untuk permintaan maafmu sudah ku maafkan”  jelasku dengan tatapan tajam seorang musuh lalu aku berlari ke kamar. Indra mencoba menahanku tapi segera kulepaskan genggamannya.
            Mungkin selama perjalananku menuju kamar dia menghubungiku lewat handphone karena ada 10 pesan yang kuterima ketika kunlihat handphone dan isinya permintaan maaf semua. Aku muak dengan semua itu, sampai akhirnya kubalas dengan:
“Sudahlah In mungkin memang bukan aku yang terbaik untukmu, kini kusadar bahwa seseorang yang kusayangi tak selamanya memberikanku kebahagiaan. Ucapkan terima kasihku kepada wanitamu itu karena dia aku tau bagaimana kamu selama ini, makasih ya In untuk semua nya dan maaf kalau aku merepotkanmu selama ini. Bahagialah dengan wanitamu itu ya Linda bukan namanya? Aku yakin dia yang terbaik untukmu sehingga kau memilihnya disaat kita masih berhubungan. Selamat menempuh hidupmu yang baru dengan wanitamu kudoakan yang terbaik, dan semoga Tuhan memberikan kebahagiaan untuk kalian. Dan ingat aku disini akan bahagia lebih dari sebelumnya J.

S E K I A N

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...