By: Yolla Dwi Mutia
*Nomor yang anda tuju sedang tidak
aktif atau berada diluar jangkauan cobalah beberapa saat lagi*. Kata-kata itu
seolah tak bosan-bosannya diucapkan oleh operator provider pacarku. Apa yang
sedang ia lakukan sedari malam kucoba menghubunginya masih saja dalam keadaan
tidak aktif. Aku merasa diacuhkan, beberapa hari ini dia mengatakan memang
sangat sibuk sehingga tak bisa menghubungiku serutin biasanya, kucoba mengerti
dengan keadaan tersebut karena dalam hubungan jarak jauh ini kami dituntut
untuk harus saling mengerti dan memahami.
Kuletakkan pacar keduaku (handphone)
diatas tempat tidurku yang serba pink, lalu segera pergi ke dapur untuk sekedar
mengambil secangkir kopi.
“Haaa.. Nikmatnyaa” desahku, setelah
menyeruput kopi yang kubuat. Ntah mengapa aku suka sekali dengan kopi, kopi
bisa menghilangkan mood jelekku dan membuat ku kembali tersenyum, aromanya yang
khas seolah memberikan kesejukan di dalam rongga pernapasanku. Setelah cukup
lama berdiri di dapur aku kembali beranjak ke kamar. Membuka handphone dan
melihat layar nya kembali, haa ternyata masih sama saja tak ada satu pesan atau
satu panggilan pun darinya. Aku mengutuk dirinya yang terlalu sibuk itu, tapi
ku coba kembali menjadi sosok yang tak mudah merengek dengan keadaan seperti
ini, bukankah kami telah sepakat menanggung resiko karena hubungan yang
berjarak ini.
Kuhempaskan tubuhku keatas kasur
yang empuk, menerawang melihat keatas langit-langit kamar ntah apa yang
kupikirkan yang jelas diotak ku kini hanya ada nama Indra, Indra dan Indra,
*ringtone sms berbunyi*. Segera kuraih hanphoneku yang jaraknya tak jauh dari
jangkauanku, kubuka dan kulihat layarnya tertulis disana “Meta” haaa siaalll.
“Ndah, temenin bentar yuk ke toko
kue sepupu gue ulang tahun nih” sms Meta. Aku berpikir sejenak, tak salahnya
juga aku pergi setidaknya aku bisa melupakan Indra sejenak meskipun itu tak
akan benar-benar terjadi. “Oke” balasku. Sesampainya di toko kue yang
dijanjikan aku segera bertemu Meta, kami segera memilih kue yang dirasa cocok
untuk sepupu Meta, tak butuh waktu yang lama kami mendapatkan kue tersebut. “Ndah
ntar lo dateng ya kerumah, please lo kan juga bagian dari keluarga gue”. Aku
hanya mengangguk.
Tepat pukul 19.00 WIB ku melaju
kerumah Meta, dengan mengenakan dress selutut berwarna pink polos, kalung
mutiara pemberian mama menghiasi leherku yang jenjang, dan dengan tatanan
rambut yang tergerai menambah keanggunanku malam ini. Sesampainya di rumah Meta
aku langsung disambut oleh Meta dan mamanya. “Indah cantik sekali” puji tante
Irna. Aku tersipu malu dan mngucapkan terima kasih. Acara dimulai tepat pukul
20.00 WIB semua para undangan telah berkumpul di halaman belakang rumah yang
telah diubah menjadi sebuah tempat yang indah dengan beberapa ornamen ulang
tahun dan lampion-lampion yang menggantung indah, serta lilin-lilin kecil yang
mengambang di atas kolam renang.
Pukul 23.00 WIB acara selesai, Meta
memintaku untuk menginap dirumahnya saja tapi aku menolaknya dengan halus
karena malam ini pembantuku tak berada dirumah. Meta memahaminya, akupun
meluncur ke rumah. Sesampainya dirumah aku langsung masuk kamar, baru saja
membuka pintu kamar aku terkejut ketika teringat bahwa handphone ku tertinggal
di kamar segera kubuka pintu kamar dan meraih handphone yang terletak di meja
tata rias. Kubuka layar handhone daaannnnn ada 5 panggilan tak terjawab dari
Indra, tanpa adanya pesan, ada rasa penyesalan dalam diriku kenapa bisa lupa
membawanya padahal kabar dari Indra sangat unantikan sejak lusa yang lalu.
Tanpa berpikir panjang aku langsung menelponnya kembali, tapi sial nomornya
kembali tak aktif kucoba berulang kali tapi masih saja tak aktif.
Kekecewaan dan penyesalan merasuki
diriku tanpa kusangka akupun menangis, mungkin bantal ini sudah lelah dan muak
karena harus menampung air mataku setiap malam dan menangisi orang yang sama,
haaaahh betapa bodohnya aku. Tanpa kusadari akupun terlelap.
***
Matahari seolah menertawaiku dengan
sinarnya yang menyengat, ku kernyitkan kening ketika menatap layar handphone ku
ada sebuah pesan dari nomer yang tak diketahui. Pertanyaan yang membuat
penasaran, akupun membalas pesan tersebut dengan cepat dan tak butuh waktu lama
diapun membalasnya kembali, setelah saling balas-maembalas cukup lama akupun
tertegun dan seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan pengirim pesan
tersebut, lutut dan tanganku terasa bergetar, bulir-bulir air mataku menetes
melewati pipi chubby ku.
“Maaf, namaku
Linda aku tau kamu dari Indra. To the point aja karena kita sesama wanita aku
tak mau menyakiti perasaan kaum kita aku mengenali Indra sudah 3 bulan
belakangan ini dan maaf kami telah menjalin kasih selama 1 bulan belakangan
ini”.
Pesan itu kubaca berulang kali, aku
masih tidak percaya dengan apa yang kubaca. Apakah ini benar? Apakah ini benar
Indra? Kenapa? Tegakah kamu?. Tak kubalas pesan itu, kulempar handphone ke
sudut kamar hatiku saat ini hatiku benar-benar hancur, tega sekali ia melakukan
hal itu padaku ataukah ini hanya semacam tipuan untuk merusak hubunganku
dengannya, tapi untuk apa? Apa tujuannya?. Untuk beberapa lama aku hanya
menangis sampai tak sadar aku tertidur.
Semalaman aku tertidur dengan
diselimuti kesedihan, sampai pada pukul 13.00 WIB aku baru bangun rasanya badan
ini sulit untuk digerakkan, mata sulit untuk dibuka karena sembab. Aku merasa
semua hal yang terjadi kemarin hanya mimpi semata, tapi tidak aku benar-benar
mendapati kenyataan itu. Langkahku gontai menuju handphone yang kubuang semalam
ku ambil kembali baterai dan handphone kusatukan kembali sehingga utuh seperti
semula, kutekan tombol on dan syukurlah handphone itu masih bisa dihidupkan.
Beberapa pesan masuk dengan nomor yang sama nomor yang tak asing bagiku dan
tertera disana nama Indra.
Pesan 1.
Indahh..
Pesan 2
Indah aku minta
maaf
Pesan 3
Indah maafkan
aku, aku tau aku salah untuk semua keadaan ini tapi aku bisa jelaskan semuanya
Air mataku kembali mengalir, aku
masih tak mempercayai kalau Indra benar-benar melakukan hal itu padaku. Apa
salahku hingga dia membuatku seperti ini. Tiba-tiba pintu kamarku dibuka oleh
mama, mama mengatakan bahwa diruang tamu ada Indra. Haahh untuk apa dia kesini
bukankah sudah cukup jelas semuanya, tapi ada disisi hatiku yang lain ingin
mendengar penuturan langsung darinya. Dengan perasaan yang masih sakit, kucoba
untuk tersenyum menemui Indra aku tak mau terlihat sedih. Setibanya di ruang
tamu Indra langsung meraih tanganku dan meminta maaf berulang kali, tapi tak
kuacuhkan.
Berbagai alasan dia utarakan agar
aku memaafkannya mulai dari kejenuhan hubungan kami, sampai pada kerinduan yang
tak kunjung terbalaskan. Hey.. apakah kau sadar bagaimana aku disini tapi aku
tetap bertahan untukmu, aku tak mau hubungan kita ini berakhir dengan
kesia-siaan., tapi kau seenaknya saja memberikan alasan yang tak bisa kuterima
dimana hatimu. Aku mengutuk dirinya yang membuatku muak ntah mengapa kini aku
sangat membencinya ya seseorang yang kusayangi kini telah berubah menjadi orang
yang kubenci.
“Sudahlah.. aku
tak mau melihatmu untuk permintaan maafmu sudah ku maafkan” jelasku dengan tatapan tajam seorang musuh
lalu aku berlari ke kamar. Indra mencoba menahanku tapi segera kulepaskan
genggamannya.
Mungkin selama perjalananku menuju
kamar dia menghubungiku lewat handphone karena ada 10 pesan yang kuterima
ketika kunlihat handphone dan isinya permintaan maaf semua. Aku muak dengan
semua itu, sampai akhirnya kubalas dengan:
“Sudahlah In
mungkin memang bukan aku yang terbaik untukmu, kini kusadar bahwa seseorang
yang kusayangi tak selamanya memberikanku kebahagiaan. Ucapkan terima kasihku
kepada wanitamu itu karena dia aku tau bagaimana kamu selama ini, makasih ya In
untuk semua nya dan maaf kalau aku merepotkanmu selama ini. Bahagialah dengan
wanitamu itu ya Linda bukan namanya? Aku yakin dia yang terbaik untukmu
sehingga kau memilihnya disaat kita masih berhubungan. Selamat menempuh hidupmu
yang baru dengan wanitamu kudoakan yang terbaik, dan semoga Tuhan memberikan
kebahagiaan untuk kalian. Dan ingat aku disini akan bahagia lebih dari
sebelumnya J.
S
E K I A N