2014/10/30

Siapa kamu?




Jika kita tidak saling mengenal aku ingin suatu saat kita diperkenalkan oleh waktu..
Jika kita jauh dari kata sempurna aku berharap suatu saat kita disempurnakan lewat pertemuan..
Jika kita hanyalah angan aku berharap angan itu terus ada dalam hidupku…
Jika kita sepasang insan yang saling membenci aku ingin suatu saat kebencian itu berubah menjadi kedamaian…
Jika kita kini saling mengagumi kuberharap suatu saat kita saling memiliki..

Untukmu yang tidak tahu sedang berada dimana, apakah kita saling mengenal atau tidak aku berharap kita dipertemukan di masa depan. Disaat kita sudah beranjak dewasa dan lebih memahami tentang hidup agar kita sulit untuk melepaskan.
Untukmu yang mungkin sekarang sedang dalam keadaan bahagia ataupun berduka, bersabarlah karena suatu saat ada seseorang yang bisa kau bagi dengannya semua perasaanmu yaitu, aku.
Untukmu yang saat ini sedang dimiliki orang lain, nikmatilah karena jika nanti kau menjadi milikku tak akan ada lagi orang lain yang bisa memilikimu seutuh aku.
Aku takkan sempurna tanpamu, begitupun kamu tanpaku karena Tuhan akan menyatukan kita agar kita saling melengkapi dan menyempurnakan.
Kau tahu? Aku selalu berangan dan memikirkan seperti apa kamu, dan apa yang akan kita lakukan nantinya di masa depan. Terlalu dini memang, tapi aku ingin ketika kau nanti bersamaku kau merasa sangat beruntung memilikiku meskipun aku memiliki banyak kekurangan yang mungkin membuatmu kesal nantinya. Tapi bersabarlah untukku, karena aku dari sekarang sedang mencoba menjadi yang terbaik untukmu.
Disaat kita sudah bersama di masa depan, aku harap bisa menunjukkan tulisan ini kepadamu agar kau tahu betapa aku menginginkan dan merindukanmu..
Tidak salah bukan jika aku merindukanmu saat ini meskipun kita belum saling tahu atau bahkan sudah tahu tapi tidak menyangka akan disatukan di masa depan.
Untukmu.. yang masih menjaga tulang rusukku, jagalah ia dengan aman karena aku akan merasa aman dan tenang juga, karena tulang rusuk yang ada di dalam dirimu sebagai petanda kau milikku dan aku milikmu.
Dalam doaku, kuberharap kau selalu bahagia, sehat, dan dilancarkan semua urusanmu dan yang terpenting aku berharap kau menjadi imam yang dapat menuntun keluarga kita kelak ke jalan menuju surga.
Dan kuberharap kau juga menyisihkan waktu sedikit untuk mengingatku yang menurutmu juga ntah siapa. Terimakasih karena kau telah menjaga aku di dalam tubuhmu dengan baik, nanti ketika kita dipertemukan aku akan menjagamu dengan sangat baik, merawatmu ketika rambutmu mulai memutih, ketika kakimu tak kuat lagi untuk berjalan, dan ketika gigimu tak lagi sebanyak sekarang.
Bagiku kau lebih dari apapun, kuharap kau juga begitu.

Dari seseorang yang berada di dalam tubuhmu

A Little Candle




25 September 2014 ketika semua percakapan kita dimulai oleh sesuatu yang sangat sederhana yaitu “tugas”. Kau menanyakan aku banyak hal, begitupun aku yang menjawab lebih dari apa yang kau tanyakan, dan dari semua hal itu hubungan yang sangat singkat itu berlanjut tapi tidak sampai detik ini karena bagimu aku hanya sebuah lilin kecil di dalam kegelapan.

Aku tak tahu seberapa penting diriku didalam hidupmu, yang kutahu kau sangat nyaman berada di dekatku karena kau sendiri yang mengatakannya dan kau kembali menemukan sesuatu yang hilang leawat diriku, maka itu aku menyebut diriku sebagai lilin kecil.

Tapi, tahukah kau apa yang terjadi dengan lilin kecil itu sekarang? Dia sekarang sedang mencari kegelapan itu, kegelapan yang membuatnya ingin terus dan terus menerangi meskipun kau telah memiliki matahari yang tentu saja mengalahkan sinarnya lilin kecil itu.
Lewat lilin kecil aku menyebut diriku, karena itu yang kurasakan dan kau menyebutnya seperti itu secara tidak langsung, hai kegelapanku tahukah lilin kecilmu ini sangat merindukan permasalahanmu dan sangat merindukan percakapan yang lainnya juga, percakapan yang membuat aku terus tersenyum dan membuat malamku lebih bermakna.

Apa yang kau lakukan sekarang wahai kegelapan? Apakah kau masih berkutat dengan masalahmu? Hahaha kuharap tidak karena kuyakin mataharimu memiliki kekuatan sinar yang besar agar kau kembali tersenyum dan menikmati hidupmu kembali.
Sejujurnya, dulu aku mencari-cari waktu agar bisa membicarakan banyak hal denganmu meskipun itu sesuatu yang tidak terlalu penting, dan kusadari bahwa aku merindukanmu. Tapi aku sadari bahwa kau (kegelapan) bukan untuk lilin kecil sepertiku tapi kau pantas mendapatkan matahari yang mampu membuat hari-harimu menyenangkan, setidaknya seperti itu yang kulihat.

Kegelapan.. terimakasih untuk segala sisi gelap yang kau berikan karena dengan gelapmu itu aku (lilin kecil) menjadi lebih bermakna, dan ketika matahari mulai menyinarimu aku akan selalu ada dibalik matahari itu supaya kau tidak merasakan kehambaran dari hidup lagi.
Aku.. lilin kecil.. datanglah kepadaku karena aku akan selalu menyala di sisi gelapmu yang telah tertutupi matahari itu, dan datanglah setiap kali kau membutuhkan sinarku karena aku akan selalu menyala untukmu, ya hanya untukmu.

Aku berharap kau selalu bahagia dengan mataharimu, dan kuucapkan terimakasih karena kau pernah menganggapku sebagai seseorang yang sedikit berarti untuk hidupmu, sekali lagi aku katakan bahwa aku sangat merindukanmu.
Ah ya, ketika kau membaca ini suatu saat nanti jangan pernah berpikiran lain, tapi ini hanya ungkapan rinduku terhadap percakapan kita bukan karena aku menyukaimu tapi aku menemukan kenyamanan lewat dirimu.
Selalu ingat aku lilin kecilmu, seseorang yang pernah ada untuk sementara waktu tapi kuyakin itu sangat bermakna, dan terimakasih juga untuk segala hal yang telah kau berikan padaku.
Semoga kau selalu bahagia wahai kegelapanku..
Dari aku lilin kecilmu yang selalu berada di sisi gelapmu J

2014/10/13

Hurt

Seems like it was yesterday when I saw your face
You told me how proud you were, but I walked away
If only I knew what I did today, ooh, ooh!
I would hold you in my arms, I would take the pain away
Thank you for all you've done, forgive all your mistakes
There's nothing I wouldn't do to hear your voice again
Sometimes I wanna call you but I know you won't be there
Oh, I'm so sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself by hurting you
Some days I feel broke inside but I won't admit
Sometimes I just wanna hide 'cause it's you I miss
And it's so hard to say goodbye when it comes to this, ooh
Would you tell me I was wrong? Would you help me understand?
Are you looking down upon me? Are you proud of who I am?
There's nothing I wouldn't do to have just one more chance
To look into your eyes and see you looking back
Oh, I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself, oh
If I had just one more day
I would tell you how much that I've missed you
Since you've been away
Oh, it's dangerous
It's so out of line
To try and turn back time
I'm sorry for blaming you
For everything I just couldn't do
And I've hurt myself
By hurting you
"Ketika aku menyadari aku bukanlah siapa-siapa, saat itu juga aku berhenti untuk berharap".


Lewat Malam

Lewat malam kutitipkan rindu yang tertahan..
Lewat malam kusuarakan hasrat ingin memilkiu, walaupun kutahu itu hanya dalam angan
Lewat malam kuingin memelukmu, meskpun yang kurasakan hanya bayanganmu yang kudekap

Kau tahu... aku merindukanmu lebih dari apa yang kau rasakan
Aku rela rindu itu tak berbalas, asal kau masih mau mengenalku
Aku rela rindu itu hanya didiamkan, asal kau mau mengingatku..

Terima kasih untk segala yang indah..
Terima kasih untuk setiap kebahagiaan..
Terimakasih untuk setiap luka..
dan Terimakasih kau selalu ada sampai saat ini....

:')

2014/08/18

Senja di Bulan Agustus: Untukmu Yang Dulu Pernah Ada dan Akan Selalu Ada




Teruntuk seseorang yang telah mau mengajakku ke tempat yang aku sangat sukai. Pantai.
Halo!!! Mungkin ketika kamu membaca ini kita sudah berada di kota yang berbeda tapi kita masih dibawah langit yang sama bukan? Hahaha.
Baiklah aku tidak akan berbasa-basi, sejujurnya alasanku menulis ini adalah hanya ingin mengucapkan terimakasih kepadamu, aku tak tahu apa yang harus kuberikan, akhirnya aku menuliskan ini berharap ini akan menjadi kenangan tersendiri untukmu dan dapat kamu baca berulang-ulang ketika kamu merindukanku (kepedean ya aku -__-).
Mungkin kamu berpikir kalau aku lebay dan terlalu berlebihan, tapi itu memang benar sejujurnya aku teramat senang hari ini, mungkin salah satu hari yang tak akan aku lupakan ku harap kamu pun memiliki pikiran yang sama denganku.
Semoga kamu menyukai tulisanku ini sebagai sesuatu yang tak akan kamu lupa, semoga kita dapat bertemu lagi :).
***
Hari ini 17 Agustus 2014, aku tak pernah menyangka hari yang bersejarah untuk bangsa ini juga memiliki sejarah untukku. Bagaimana tidak hari ini, aku pergi ke suatu tempat yang amat aku sukai dengan seseorang yang dulu pernah ada dan akan selalu ada, untuk melihat jingganya langit yang amat cantik.
“Pantai yuk”.
Ya, itu dua kata yang kamu kirimkan kepadaku, dan kata itu berhasil mengubah hari ini menjadi hari yang amat menyenangkan untukku.
Kamu tahu? Ini yang kelima kalinya aku mengunjungi pantai yang sama dan tidak dapat aku pungkiri ini adalah kunjungan terbaik yang pernah kulakukan. Lewat laut aku selalu mendapat ketenangan dari deburan ombaknya, lewat jingganya langit aku mendapatkan penutupan hari yang sempurna dan kedua itu adalah alasanku mengapa aku sangat mencintai pantai. Dan kini alasanku bertambah satu lagi yaitu kamu, ya kamu berada di posisi ketiga yang menjadi alasanku kini sangat mencintai pantai.
Aku menamakan hari ini sebagai senja di bulan agustus, tidak ada yang penting memang dalam obrolan kita. Aku bertanya kamu menjawab, kamu bertanya dan aku menjawab. Sesekali diam memandang lautan yang tiada bertepi dan kemudian mengulang kembali pertanyaan yang seharusnya tak perlu ditanyakan. Tapi asal kamu tahu, aku bahagia pernah ada di waktu itu ini bersamamu dan aku ingin memilikinya lebih banyak.
Sesuatu hal yang membuatku berkesan ketika aku menanyakan mengapa air laut asin dan kamu menjawab hal yang membuatku tertawa. Lalu kita memperdebatkan tentang bentuk bumi, dan kamu orang paling bodoh yang pernah kutemui hahahaha. Tapi semua jawabanmu berhasil membuatku tertawa, dan aku bahagia pernah ada di waktu ini bersamamu.
Ah ya, sesuatu hal yang masih kupikirkan sampai saat ini, mengenai gelang. Apakah benar aku pernah memberikannya? Hmm tapi kurasa iya. Aku senang kamu masih mengingat kejadian beberapa tahun silam, bahkan aku saja lupa akan hal itu. Terimakasih karena sudah selalu mengingatnya.
Hari ini begitu menyenangkan bukan? Duduk di sebatang kayu yang mulai rapuh, kaki beralaskan pasir, dan sejauh mata memandang ke depan hanya laut yang terlihat serta kapal-kapal nelayan yang mulai merapat arena matahari di ufuk barat akan berganti dengan terangnya rembulan. Setiap detik yang kita lalui hari ini aku sangat menikmatinya, dan aku bahagia pernah ada di waktu ini bersamamu.
Apapun yang terjadi hari ini, setiap percakapan bodoh kita yang diakhiri dengan tertawa dan setiap menit yang terlewati, aku bahagia pernah berada di waktu ini bersamamu. Melihat matahari yang mulai tenggelam yang beratapkan jingganya langit sore serta kamu yang hari ini menemaniku, aku ingin mengatakan aku bahagia pernah ada di waktu ini bersamamu.
Dan kamu adalah alasanku  kenapa aku mencintai jingganya langit, dan lautan. Untukmu Senja di Bulan Agustus. Terima kasih :’).
***
Hahaha gimana? Kamu suka? suka aja deh ya..
Setelah membaca ini kirimi aku pesan apakah kamu menyukainya atau tidak ya hahaha
Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membacanya, sayang kita belum sempat berfoto untuk mengabadikannya.
Sekali lagi Terima Kasih Senja di Bulan Agustus

2014/08/15

KETIKA DALAM DIRI EMBUN TERDAPAT MATAHARI



Embun, begitulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku dibalik nama tersebut mereka berharap kalau anak gadis mereka ini dapat memberikan kesejukkan dan kenyamanan bagi siapapun, tapi semua itu usai ketika usiaku menutup diusia 19 tahun. Aku Embun, usiaku 20 tahun.
Aku anak gadis sama seperti kalian memiliki keluarga yang lengkap dan berkecukupan, aku memiliki banyak teman, dan memiliki sifat layaknya gadis seumuranku, tapi setelah kejadian itu terjadi aku tidak lagi embun yang mereka harapkan. Aku Embun, usiaku 20 tahun.
***
            “Embun?” sapa seseorang dibelakangku. Tubuhku membalik ketika seseorang tersebut mengucapkan namaku dengan suara yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Sosok tersebut tinggi, kurus, dan warna kulitnya yang sawo matang menyunggingkan senyuman yang ntah apa maksudnya.
            “Anda siapa?” tanyaku, tanganku sibuk menyibakkan anak rambut yang tertiup angin sehingga menghalangi pandanganku.
            “Aku teman” jawabnya tetap tersenyum.
            “Maksudnya? Aku tidak mengenalmu, bagaimana mungkin kau menyebut dirimu teman sedangkan kita belum saling mengenal sebelumnya.”
            “Terkadang banyak hal yang tak kita kenal tapi kita sangat dekat dengannya, tak selamanya siapa yang kau kenal dan mengenalmu akan mengetahui banyak tentangmu, bahkan terkadang seseorang yang tak kenal dirimu lebih mengenal siapa kamu sebenarnya. Embun mungkin saat ini kau memang tidak memahami apa yang aku katakana tapi setelah kau mengetahui apa yang terjadi kau akan memahami bahkan menyetujui apa yang aku katakan.”  Tiba sosok tersebut menghilang dari pandanganku.
            Seketika tubuhku terasa terguncang hebat, keringatku bercucuran, dan badanku panas dingin tak karuan aku mendengar suara wanita memanggil namaku aku tahu persis suara itu ya itu adalah mama yang sejak daritadi membangunkanku.
            “Embuunn…embunn bangunn” teriak mama sambil mengguncang-guncangkan tubuhku.
            Mataku belum terbuka sempurna, pandanganku masih kabur, dan kepalaku terasa sangat berat sekuat tenaga aku membuka mata agar terbuka sempurna disampingku mama terus memanggil namaku dan beliau sedikit terisak, butuh waktu lama sampai akhirnya aku bisa membuka mataku dengan sempurna. Aku bingung ketika melihat sekeliling semua dinding berwarna putih dan hanya mama yang berada disampingku, banyak slang yang menempel ditubuhku aku bingung apa yang terjadi tapi aku tak bisa mengatakannya karena mulutku sulit untuk dibuka.
            “Naakkk.. sukurlah kamu sudah sadar, mama sangat mencemaskanmu sudah 10 hari kamu koma” isak mama sambil memeluk tubuhku yang kurasa sangat kurus.
            Aku dapat mencerna kata-kata mama dengan baik, aku terkejut dengan pengakuan mama yang mengatakan aku koma, apa yang terjadi padaku. Sekuat tenaga aku coba membuka mulut tapi nihil.
            “Kamu jangan tinggalin mama ya nak, mama akan selalu menjagamu” pelukan mama makin erat. Ingin sekali aku membalas pelukan beliau tapi apa daya aku tak memiliki banyak tenaga untuk itu.
            Dunia ini begitu asing untukku setelah sepuluh hari terakhir banyak kejadian yang aku alami dan tak kumengerti, banyak hal yang ingin aku cari tapi ntah kemana aku bisa menemukannya. Saat ini aku hanya seseorang yang terbaring lemah di tempat yang sangat pengap dan banyak slang yang menempel ditubuhku, mereka bilang aku harus istirahat banyak tapi bagaimana mau istirahat jika segudang pertanyaan di otakku selalu ingin tahu apa jawabannya.
            Lima hari setelah siuman aku mulai pulih setidaknya dari yang kudengar dokter telah mengizinkanku pulang, dengan menggunakan kursi roda mama membantuku mendorongnya di parkiran depan rumah sakit taksi telah menunggu kami, aku digendong oleh dua perawat untuk masuk kedalam taksi.
            Selama lima hari setelah siuman aku belum pernah berbicara sepatah katapun hanya mama yang selalu menceritakan cerita-cerita dongeng, aku mendengarkan beliau tapi tidak mendengarkan sepenuhnya otakku selalu bertanya dan menerka-nerka apa jawabannya.
            Taksi terus melaju, dipikiranku taksi ini akan membawa kami ke rumah tapi aku sangat salah menduga karena taksi ini membawa kami ke sebuah tempat pemakaman umum, aku bingung untuk apa mama membawaku kesini siapa yang telah berpulang. Tuhan apa yang terjadi sebenarnya.
            Dibantu supir taksi aku duduk kembali di kursi roda mama masih diam, beliau hanya mendorong kursi rodaku dengan hati-hati sampai akhirnya kita sampai di suatu makam. Samar-samar aku melihat makam siapa itu sampai akhirnya aku terkejut setengah mati aku melihat di makam tersebut tertera nama ayah, air mataku bercucuran seperti hujan yang datang tiba-tiba di hari yang cerah aku ingin sekali berteriak tapi aku tak bisa mengeluarkannya teriakanku hanya sampai di tenggorokan aku terus menangis dan menangis, apa yang terjadi dengan ayah. Mama memelukku, menenagkanku dalam pelukannya dan ia pun ikut terisak.
            “Embun.. maafkan mama karena tak memberitahumu sejak kamu mulai siuman, mama hanya tak ingin kamu tiba-tiba shock, lima belas hari yang lalu kamu dan ayah mengalami kecelakaan saat kalian diperjalanan pulang, ayah tak dapat diselamatkan dan meninggal di tempat dan kamu pada saat itu langsung dalam keadaan koma, ikhlaskan ayah ya naakk..” mama terisak-isak menjelaskannya kepadaku.
            Tangisku semakin pecah “Tuhaannn.. secepat inikah kami harus terpisah?” aku menjerit didalam hati, langitpun seolah ingin berduka awan yang semula cerah kini berubah menjadi hitam, mama menolongku untuk berdiri tapi aku tak mau aku masih ingin disini bersama ayah.          
            “Kita harus pulang nak.. kamu harus istirahat, besok mama akan menemanimu lagi kesini ayah tidak akan suka kamu seperi ini, ayoo naakk..” mama kembali menolongku berdiri dan kali ini aku menurut.
            Mama mendorong kursi rodaku meninggalkan peristirahatan ayah yang terakhir, aku tak tega meninggalkan ayah sebentar lagi hujan akan turun dan ayah pasti kedinginan dan basah, aku kembali teringat ketika ayah memberikan jaketnya untukku ketika hujan turun pada saat kami sedang liburan dan sekarang ayah hanya terbungkus oleh kain putih yang tipis. Ayaaahhh… maafkan aku.
***
            Seminggu setelah kejadian tersebut keadaanku berangsur normal, aku kembali ke aktifitas semula yaitu kuliah, untungnya teman-teman banyak yang menyemangatiku dan tidak banyak bertanya ataupun meminta penjelasan mengenai kejadian tersebut dan itu cukup membantu untuk pemulihanku dan aku tak selalu sedih karena ayah meninggalkanku.
            Malam empat puluh ayah pergi rumah kami ramai kedatangan kerabat, teman, dan tetangga untuk mengikuti tahlilan aku bermunajat kepada Allah agar ayah ditempatkan di surge dan tersenyum melihatku disini. “Ayah aku merindukanmu”.
            Setelah semua acara selesai, dan membantu mama beres-beres aku langsung masuk kamar, badanku terasa lelah hingga akhirnya aku tertidur.
            “Embun?” sapa seseorang dari belakang. Aku menoleh, tanganku sibuk menyibakkan anak rambut yang menutupi pandanganku.
            “Anda siapa?”
            “Aku teman.” Jawabnya dengan senyuman yang memliki arti tersendiri
            “Tunggu.. bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?” aku sangat yakin kami pernah bertemu sekitar 2 buan yang lalu.
            “Kamu benar.. bagaimana keadanmu?” tanyanya basa-basi.
            “Siapa kamu sebenarnya, dan apa maumu?” aku tak menanggapi pertanyaan basa-basi murahan tersebut.
            “Aku hanya ingin menjadi temanmu”. Jawabnya santai.
            “Aku tak mengenalmu dan aku tak ingin berteman denganmu, berhenti menghantuiku dan lenyalah!!!”
            Seketika sosok tersebut menghilang dari pandanganku, dan pada saat itu juga aku terbangun. Napasku sesak, keringatku bercucuran.
            “Cuma mimpi..”
            Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, jendela kamarku terbuka cahaya bulan menyemburkan sinarnya membuat kamarku seketika terang. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan kearah jendela, belum sempurna aku tiba di sisi jendela langkahku terhenti oleh sosok yang berada dimimpiku kini berada di balik jendela, aku ketakutan setengah mati tampangnya memang tak menyeramkan tapi itu cukup membuatku kaget karena kehadirannya yang tiba-tiba.
            “Hai.. Embun” sapanya dengan senyuman seperti biasa.
            “Apa maumu, kenapa kamu selalu mengikutiku?”
            “Aku hanya ingin menjadi temanmu, sederhana bukan.”
            “Oh Tuhaann.. apa kamu tidak mengerti harus berapa kali aku bilang aku tidak ingin menjadi temanmu dan pergilah jangan ganggu kehidupanku.”
            Sosok yang diajak bicara hanya tersenyum bahkan tertawa kecil dan itu membuatku semakin kesal, ingin sekali aku melempar sandal jepit yang kupakai ke wajahnya tapi niat itu aku urungkan.
            “Tolong aku tidak ingin diganggu oleh makhluk sepertimu” kataku lirih.
            Yang diajak bicara hanya tersenyum bahkan mendekat kearahku, sontak aku mundur beberapa langkah tapi sial aku terjepit punggungku sudah mentok tiba di dnding dan sosok itu kini berrdiri beberapa senti didepanku. Dengan jarak yang sangat dekat tersebut aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, seketika aku langsung tenggelam dalam tatapan tajam matanya yang aku akui sangat mempesona.
            Semenit kemudian aku langsung sadar dan mendorong sosok itu menjauh dari hadapanku.
            “Pergi kau dari sini, kalau tidak aku akan berteriak” ancamku.
            “Silahkan, perlu kamu tahu yang bisa melihatku hanya kamu jadi jika kamu berteriak dan mengatakan ada penyusup di kamarmu aku yakin mamamu akan menelpon psikiater untuk memeriksa kejiwaanmu. Tenang sedikit, aku hanya ingin kamu menerima pertemananku dan semua selesai”.
            Aku tak memiliki cara lain untuk mengusirnya, dengan sangat berat hati dan sangat terpaksa aku menerima uluran tangan sosok menyebalkan tersebut.
            “Rey” katanya dan menjabat tanganku dengan penuh senyuman kemenangan. Aku diam dan melepaskan jabatan tersebut.
            Dia menatapku dengan matanya itu, aku menggerutu kenapa dia tak enyah juga dari hadapanku. “Tunggu apa lagi?!” tanyaku membentak.
            “Apa?” jawab Rey dengan gaya yang sok tahu apa-apa.
            “ENYAAHHHHLAHHH DARI PANDANGANKU” kali ini aku tak bisa lagi membendung amarah, masa bodo mama atau seluruh tetangga akan bangun dari tidur mereka.
            Sedetik kemudian angin kembali bertiup kencang, dan pada saat itu sosok yang menyebalkan itu hilang dari hadapanku. Aku lihat sekeliling untik memastikan dia betul-betul telah pergi.
***
            Sebulan telah berlalu setelah kejadian yang terjadi pada malam itu, aku bersyukur karena dia tak pernah menampakkan sosoknya lagi tapi setelah malam itu juga aku merasa ada yang berbeda dalam diriku, aku merasa aku tak sendiri. Ketika aku sedang berpikir keras ada saja yang menuntunku untuk melakukan hal yang membuat aku normal kembali, dan sebulan ini juga aku terbantu oleh keadaan ini.
            “Eh mbun mbun..” Lala yang duduk disebelahku menyikut tanganku dengan sikunya.
            “Apaan sih La”
            “Liat deh, itu Aldi kan? Kok makin kesini-sini dia makin cakep aja ya.”
            Akupun seketika memperhatikan Aldi yang sedang berdiri sambil mengetik ponselnya.   “ Biasa aja ah” komentarku.
            “Yee.. elo mah semua cowok biasa semua, makanya pacaran dong ini betah banget ngejomblo.”
            “Yaelah cowok mah ntaran aja lagian musingin lo nggak pernah nonton berita apa Cuma gara-gara cinta masa depan hancur, hiii kalo gue mah ogah” jawabku membela diri.
            “Itu mahh bagi orang yang mau aja dibutakan cinta dan selalu mengandalkan perasaan, lagian kalo lo pacaran emang bakalan begitu juga?”
            “Kagaklah, ogah gue mah mending ga punya pasangan sekalian deh”.
            “Huss.. dijaga neng omongannya perkataan itu doa loh”.
            “Iya-iya.. yaudah yuk ke kelas ngapain sih debatin yang nggak penting kek gini”.
            Lala adalah sahabatku, kami selalu berdua dan dia juga memiliki pengaruh besar untuk hidupku tanpa Lala aku bukan apa-apa dan Lala tanpaku itu juga bukan apa-apa, perawakannya yang selalu ceria selalu berhasil menghiburku ketika aku dalam masa-masa tersulit, dan Lala juga orang yang rela menghabiskan waktunya untuk menjagaku di rumah sakit setelah mama.
            Dunia perkuliahan memang dunia yang berbeda, di dunia ini kita lebih banyak menemukan orang-orang yang memiliki sifat yang berbeda di dunia ini juga kita bisa melihat orang-orang yang tulus atau hanya pura-pura. Dan untungnya Tuhan mempertemukanku dengan Lala, aku bersyukur untuk itu.
***
            Kehidupanku berjalan normal-normal saja tidak ada yang aneh dan tidak ada pula yang special semuanya berjalan datar, sampai akhirnya kejadian yang tak pernah aku inginkan tapi aku nantikan datang ke dalam kehidupanku, kehadirannya seperti api yang siap membakar semuanya tapi sangat dibutuhkan untuk menghangatkan.
            Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB, mataku masih saja tak mau dipejamkan, tak ada yang aku pikirkan hanya saja badanku terasa sedikit panas dan kepalaku agak berat, aku mengartikan ini sebagai sesuatu hal yang wajar tapi yang sebenarnya terjadi diluar dari kewajaran.
            Malam ini mama pergi keluar kota urusan kantor, aku menghubungi Lala untuk menginap dirumah ternyata dia sedang berada di rumah sodaranya alhasil aku sendirian. Setelah mengerjakan tugas kuliah aku berbaring, badanku sudah terasa panas aku ambil obat di dalam kotak P3K, aku minum dan berharap setelah itu tertidur ternyata semua itu jauh dari kenyataan.
            Malam semakin larut, mataku semakin menyala kubuka jendela kamar untuk menghirup udara malam, setelah jendela terbuka sempurna sosok yang berblan-bulan tak kuharapkan kehadirannya datang, kali ini aku tak ingin banyak berkomentar ataupun marah aku terlalu lelah dan malas menanggapi mala mini kubiarkan saja dia melakukan apa yang dia mau.
            Sosok tersebut tersenyum, ya kembali dengan senyuman yang khas.
            “Hai Embun..” sapanya seperti biasa.
            Aku tak menanggapinya, aku berbalik menuju tempat tidur dan ntah bagaimana cara dia masuk kini sosok yang bernama Rey itu berdiri di sampan ranjang. Aku masih diam, aku terlalu lelah menanggapinya.
            “Embun, bagaimana keadaanmu?”
            “Baik” jawabku singkat.
            “Tapi kamu terlihat tidak baik”
            “Sepertinya, mungkin keadaanku berubah karena kehadiranmu”
            Tiba-tiba dia menyodorkan segelas air putih kepadaku. Aku hanya menatapnya dan menatap air dipegangnya.
            “Minumlah” katanya dengan suara yang begitu lembut.
            Aku hanya diam dan kembali menatapnya.
            “Apa yang kamu lihat, ini minumlah”.
            Ntah apa yang bersarang di otakku, sejurus kemudian aku mengambil gelas itu dan membuangnya, terdengar pecahan kaca yang cukup keras karena malam yang sunyi. Dia hanya menatapku, aku menatap gelas yang ku pecahkan.
            “Apa yang kamu lakukan?” terdengar suaranya yang mulai mengeras.
            “Membuangnya” jawabku sekenanya.
            Kami berdua diam yang terdengar hanya bunyi jangkring yang menjadi okestra di malam hari. Beberapa menit kami masih terdiam tak ada kata yang terucap dari bibir kami masing-masing kami hanya sibuk dengan pikiran yang tak tahu apa inginnya.
            “Baiklah aku pergi” kata Rey tiba-tiba. Dia berjalan kearah jendela, ntah apa yang mendorongku tiba-tiba menghentikannya.
            “Tunggu” tanganku meraih tangannya. Langkahnya terhenti dan menoleh kearahku. Sekali lagi aku masuk kedalam mata yang mempesona itu,
            “Ada apa?” tanyanya tanpa melawan.
            “Aku hanya ingin tahu apa maksudmu selama ini menemuiku, dan apa inginku. Alasanmu yang hanya ingin menjadi temanku aku yakin itu hanya bualanmu saja.”
            Yang ditanya hanya diam dan mengambil posisi duduk disampingku. Aku membiarkannya.
            Dia menarik napas panjang.
            “Baiklah mungkin ini saatnya aku harus mengakhiri kepura-puraan ini, alasanku sebenarnya datang menemuimu sejak kau dalam keadaan koma adalah aku ingin membawamu kedalam duniaku.”
            “Apa maksudmu?”
            “Embun.. aku adalah seseorang yang ingin merasakan kesejukanmu, semenjak kita bertemu di lorong kampus aku melihatmu berbeda dari wanita lainnya, dan sejak saat itulah aku ingin mengenalmu lebih dalam tapi sayang kamu terlalu sinis terhadap pria dan membuatku takut takut untuk mendekatimu.”
            Embun mendengarkan penuturan Rey tanpa memotongnya. Dan dia teringat, memang waktu itu dia bertabrakan dengan seorang lelaki tapi Embun waktu itu tak memperhatikan wajahnya,
            “Aku selalu berharap Tuhan mempertemukan kita, dan kini doaku terjawab karena akhirnya aku bisa berbicara dengan embunku”.
            Terlihat dari mata Embun mulai berkaca-kaca mendengar penjelasan dari Rey.
            “Kamu tahu pada hari kecelakaan itu, aku juga mengalaminya waktu itu aku pulang dari kampus dan tiba-tiba motor yang kubawa tak bisa ku kendalikan dan aku terjatuh ke sungai, dan pada saat itu juga aku tewas dan keinginanku terakhir aku ingin menyapamu. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dan ntah apa yang membawaku pada saat itu melihatmu di tepi danau dank au begitu cantik, aku pikir aku saat itu telah berada di surga. Tapi saat aku menghilang aku menyadari bahwa dunia kita telah berbeda. Aku ingin sebelum aku benar-benar lenyap seperti keinginanmu aku ingin mengucapkan terimakasih karena kau telah bersedia menerimaku sebagai temanmu. Bagiku kau tidak hanya sekedar embun yang memberikan kesejukan tapi kau juga matahari yang selalu memancarkan kehangatan bagi siapa saja yang berada didekatmu”.
            Embun tak dapat lagi membendung air matanya, bukannya terharu akan cerita Rey tetapi dia merasa sangat bodoh karena tak menyadari semua hal ini.
            “Embun waktuku tak banyak, aku akan pergi dan tak akan kembali lagi mungkin aku akan berada di dekat ayahmu. Tetaplah menjadi embun dan matahari karena tanpa adanya kau daun akan jatuh kering dari pohonnya, dan sesekali jadihlah hujan karena tanpa adanya hujan embun takkan pernah ada dan matahari takkan pernah berarti.”
            Seketika itu aja cahaya putih menyilaukan pandangan Embun, dan sosok tersebut kini menghilang untuk selama-lamanya.
            Embun hanya bisa menangis, dia tak menyangka ada orang yang begitu sayang tulus kepadanya dan dia menyesali semua perbuatannya yang tak selalu mengusir Rey.
            “Rey… terimakasih untuk semua yang telah kau lakukan selama ini untukku, aku janji aku akan tetap menjadi embun dan matahari agar kau selalu merasakan kesejukan dan kehangatanku. Terimakasih Rey, andai waktu berpihak pada kita. Tenanglah disana, salam untuk ayahku.”

-S E K I A N-

Quote:
“Seseorang adalah embun, matahari, dan hujan untuk seseorang yang lain.”


Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...