2014/07/18

Sepotong Senja Untuk Annisa



 

Annisa, melalui surat ini aku sampaikan salam rinduku yang teramat dalam untukmu melalui surat ini juga aku membawa kenangan kita dahulu yang mungkin kau coba lupakan.
Annisa, mungkin saat ini aku memang bukan pemilik hatimu lagi dan mungkin saat ini kau malah tak berselera untuk membaca suratku ini tapi annisa sebelum kau remukkan kertas ini dan kau buang aku mohon kau membacanya dahulu karena setelah kau membacanya kau akan tahu kemana aku, kenapa aku, dan apa yang kubawa untukmu.
Annisa, 7 tahun bukan waktu yang singkat untuk kita saling mengenal, bahkan di 7 tahun itu juga kau, aku menjalin hubungan yang kita sama-sama tahu itu tidak bisa untuk disatukan tapi kau selalu bersikeras untuk mempertahankannya dan aku pada saat itu mulai menghilang agar kau melupakan aku, melupakan cinta kita.
Annisa, maaf jika aku membuka luka itu kembali, luka yang membuatmu harus kehilangan sebelah ragamu luka yang membuatmu kehilangan untuk melihat dunia luar dan melihat sesuatu yang kau senangi dan selalu kau rindukan yaitu, senja. Mungkin kau akan bertanya-tanya darimana aku tahu, annisa satu hal yang tak kau ketahui selama ini fisikku memang meninggalkanmu tapi tidak dengan hatiku Annisa, dia selalu berada dihatimu sehingga aku dapat merasakan apa yang kau rasakan, dan aku tahu kau sangat merindukan langit keemasan, deburan ombak, siluet-siluet burung di langit, angin yang berhembus yang membuat kau kesusahan untuk mengatur rambutmu karena ia selalu menutupi pandanganmu, dan aku yang selalu menemanimu dan menceritakan hal lucu sehingga membuatmu tertawa terpinkal-pingkal dan diantara tawamu itu kau selalu mengatakan “Ardi, waktu ini memang singkat tapi kau tahu waktu ini yang sangat berharga untuk hidupku dan aku tak ingin siapapun merampasnya dariku”  lalu kau tertawa kembali.
Annisa, kau boleh membenciku karena aku yang sangat kau cintai dan mengetahui segalanya yang merampasnya darimu, maafkan aku annisa maafkan aku.
Annisa, melalui surat ini kuutarakan segenap perasaanku terhadapmu dan melalui surat ini juga aku ingin mengembalikan apa yang telah aku rampas darimu.
Annisa, kau tahu kau yang termasnis dari hal yang manis dimuka bumi ini izinkan aku kembali menemui hatiku yang kini sedang bertahta dihatimu, izinkan aku kembali untuk berada dekat denganmu, izinkan aku kembali menemanimu dan menceritakan hal-hal yang lucu untukmu. Sejujurnya, aku pergi untuk menyamakan keadaan kita Annisa agar kau dan aku bisa bersama tanpa adanya perbedaan yang mungkin tidak akan diterima oleh orang tuamu pun orang tuaku.
Annisa, sengaja surat ini kutulis untukmu agar kau tak begitu marah nanti saat kita bertemu karena aku kini sedang berada di perjalanan untuk menemuimu.
Annisa, surat ini sengaja ku tulis diantara bebatuan dan debur ombak menjadi okestranya yang dihiasi langit keemasan, aku potong sedikit senja itu dan aku masukkan ke amplop ini. Senja yang indah bukan, Annisa? Dan kau tahu senja seutuhnya lebih indah Annisa, dan kuharap setelah kau membaca surat ini kau segera berlari untuk menemui kebahagianmu.
Annisa, surat ini adalah surat pertama dan terakhir untukmu dan ini akan menjadi sepotong senja yang terakhir juga karena aku akan selalu berada disampingmu dan membawakanmu senja yang seutuhnya.
Salam rindu dariku, Ardi.
***
Annisa tak dapat membendung air matanya lagi, dia terngungu dan di sisa tenaganya dia berlari sekencang yang dia bisa. Dia tahu kemana dia akan pergi dan tepat saja di sana tengah berdiri seorang pria gagah yang menghadap ke lautan. Annisa berjalan perlahan-lahan mendekatinya tepat sebelum Annisa berdiri sejajar dengannya pria itu membalikkan badan dan tersenyu, dia langsung memeluk Annis, Annisa hanya terpaku dan membalas pelukan itu seolah-olah mereka sedang berbicara lewat pelukan semakin lama pelukan itu semakin erat hanya suara tangisan dan deburan ombak yang terdengar.
Annisa, sepotong senja itu adalah kesedihan yang kita rasakan selama kau dan aku tidak bersama dan kebahagiaan kita adalah senja seutuhnya yang tidak terbatas oleh apapun. Ardi.

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...