Annisa, melalui surat ini aku sampaikan
salam rinduku yang teramat dalam untukmu melalui surat ini juga aku membawa
kenangan kita dahulu yang mungkin kau coba lupakan.
Annisa, mungkin saat ini aku memang
bukan pemilik hatimu lagi dan mungkin saat ini kau malah tak berselera untuk
membaca suratku ini tapi annisa sebelum kau remukkan kertas ini dan kau buang
aku mohon kau membacanya dahulu karena setelah kau membacanya kau akan tahu
kemana aku, kenapa aku, dan apa yang kubawa untukmu.
Annisa, 7 tahun bukan waktu yang singkat
untuk kita saling mengenal, bahkan di 7 tahun itu juga kau, aku menjalin
hubungan yang kita sama-sama tahu itu tidak bisa untuk disatukan tapi kau
selalu bersikeras untuk mempertahankannya dan aku pada saat itu mulai
menghilang agar kau melupakan aku, melupakan cinta kita.
Annisa, maaf jika aku membuka luka itu
kembali, luka yang membuatmu harus kehilangan sebelah ragamu luka yang
membuatmu kehilangan untuk melihat dunia luar dan melihat sesuatu yang kau
senangi dan selalu kau rindukan yaitu, senja. Mungkin kau akan bertanya-tanya
darimana aku tahu, annisa satu hal yang tak kau ketahui selama ini fisikku
memang meninggalkanmu tapi tidak dengan hatiku Annisa, dia selalu berada
dihatimu sehingga aku dapat merasakan apa yang kau rasakan, dan aku tahu kau
sangat merindukan langit keemasan, deburan ombak, siluet-siluet burung di langit,
angin yang berhembus yang membuat kau kesusahan untuk mengatur rambutmu karena
ia selalu menutupi pandanganmu, dan aku yang selalu menemanimu dan menceritakan
hal lucu sehingga membuatmu tertawa terpinkal-pingkal dan diantara tawamu itu
kau selalu mengatakan “Ardi, waktu ini memang singkat tapi kau tahu waktu ini
yang sangat berharga untuk hidupku dan aku tak ingin siapapun merampasnya
dariku” lalu kau tertawa kembali.
Annisa, kau boleh membenciku karena aku
yang sangat kau cintai dan mengetahui segalanya yang merampasnya darimu,
maafkan aku annisa maafkan aku.
Annisa, melalui surat ini kuutarakan
segenap perasaanku terhadapmu dan melalui surat ini juga aku ingin
mengembalikan apa yang telah aku rampas darimu.
Annisa, kau tahu kau yang termasnis dari
hal yang manis dimuka bumi ini izinkan aku kembali menemui hatiku yang kini
sedang bertahta dihatimu, izinkan aku kembali untuk berada dekat denganmu,
izinkan aku kembali menemanimu dan menceritakan hal-hal yang lucu untukmu.
Sejujurnya, aku pergi untuk menyamakan keadaan kita Annisa agar kau dan aku
bisa bersama tanpa adanya perbedaan yang mungkin tidak akan diterima oleh orang
tuamu pun orang tuaku.
Annisa, sengaja surat ini kutulis
untukmu agar kau tak begitu marah nanti saat kita bertemu karena aku kini
sedang berada di perjalanan untuk menemuimu.
Annisa, surat ini sengaja ku tulis
diantara bebatuan dan debur ombak menjadi okestranya yang dihiasi langit
keemasan, aku potong sedikit senja itu dan aku masukkan ke amplop ini. Senja
yang indah bukan, Annisa? Dan kau tahu senja seutuhnya lebih indah Annisa, dan
kuharap setelah kau membaca surat ini kau segera berlari untuk menemui
kebahagianmu.
Annisa, surat ini adalah surat pertama
dan terakhir untukmu dan ini akan menjadi sepotong senja yang terakhir juga
karena aku akan selalu berada disampingmu dan membawakanmu senja yang
seutuhnya.
Salam rindu dariku, Ardi.
***
Annisa tak dapat membendung air matanya
lagi, dia terngungu dan di sisa tenaganya dia berlari sekencang yang dia bisa.
Dia tahu kemana dia akan pergi dan tepat saja di sana tengah berdiri seorang
pria gagah yang menghadap ke lautan. Annisa berjalan perlahan-lahan
mendekatinya tepat sebelum Annisa berdiri sejajar dengannya pria itu
membalikkan badan dan tersenyu, dia langsung memeluk Annis, Annisa hanya
terpaku dan membalas pelukan itu seolah-olah mereka sedang berbicara lewat
pelukan semakin lama pelukan itu semakin erat hanya suara tangisan dan deburan
ombak yang terdengar.
Annisa, sepotong senja itu adalah
kesedihan yang kita rasakan selama kau dan aku tidak bersama dan kebahagiaan
kita adalah senja seutuhnya yang tidak terbatas oleh apapun. Ardi.