Setelah
mem-post tersebut aku langsung beranjak tidur karena mataku benar-benar sudah
tak bisa ditahan lagi.
“kak.. kak
citra..” suara thomas begitu menggema ditelingaku
“aduh... apaan
sih de, kakak ngantuk nih”
“ada bang
frans dibawah”
“udah ah
jangan boong kakak tau kamu mau ngajakin kakak main kan?”
“ih kakak aku
serius, yaudah kalo nggak percaya”
Thomas keluar
dari kamarku, dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka aku memencet beberapa
keypad untuk membuka kunci, ternyata benar saja sudah 10 missed cal dari frans
dan beberapa sms. Aku langsung turun ke bawah dan menemui frans.
“frans, ada
apa?” aku mendekati frans
“nggak ada
apa-apa sayang aku cuma mau pamit aja”
“pamit? Kamu
mau kemana?”
“aku mesti
balik ke Surabaya”
“bukannya kamu
bilang seminggu lagi disini”
“maunya gitu tapi, tadi aku dapet kabar dari temen aku ada beberapa materi
yang nggak boleh ditinggalin, maaf sayang aku harap kamu mengerti”
Aku hanya
diam, diam untuk mengatur kembali sisi hatiku yang kini penuh dengan rasa yang
berkecamuk ini, aku begitu tidak menerimanya apakah pertemuan bagi pasangan
yang terpisah lama itu sebentar, apakah jarak lebih cocok untuk kami. Ntahlah
aku tak dapat berkata apa-apa aku hanya tidak mau perpisahan secepat ini baru
sehari kami mengulang masa indah kami, baru sehari kami saling melepas rindu
yang berbulan-bulan ini dan kini dipisahkan begitu saja. Aku lari menuju
kamarku,aku harap ini hanyalah mimpi tapi aku menyadarinya kalau ini benar
nyata, kenyataan bahwa frans harus meninggalkanku kembali.
“ciitttt...”
terdengar suara frans yang selalu membuat ku rindu dibalik pintu itu
Aku tak
menjawabnya hanya isakan tangis yang terdengar mengisi kamarku ini.
“citt... buka dong pintunya, aku ngerti perasaan kamu tapi kamu juga harus
ngerti dengan keadaan kita, bukan inginku seperti ini”
Terlalu egois
memang jika ku turuti apa kata hatiku, ini bukan inginku dan juga frans tapi
memang waktu tak berpihak untuk kami saat ini ku tegarkan hatiku untuk menerima
kenyataan ini, ku langkahkan kakiku dan membuka pintu, terlihat frans berdiri
dengan wajah yang sedih.
“udah aku
nggak papa kok” kataku sambil memberikan senyuman
“maafin aku”
frans memelukku
“bukan
kesalahanmu, ini bukan ingin kita bukan?”
Frans tak
menjawabnya dia semakin erat memelukku, aku merasakan betul apa yang
dirasakannya aku mencoba untuk bersikap tenang dihadapannya aku tak mau
terlihat sedih itu hanya akan membuatnya berat untuk meninggalkanku.
“kamu
berangkat jam berapa sayang?” kataku melepas pelukan frans
“sore ini”
jawabnya sedih
Aku mengangguk
“baiklah aku mandi dulu ya”
“iya”
Di perjalanan
menuju bandara tak banyak yang kami ucapkan kami sibuk dengan perasaan
masing-masing sampai pada akhirnya frans memulai bicara
“sayang”
Aku menoleh ke
arahnya. Frans memegang tanganku dengan erat seolah memberi isyarat dia tak
ingin jauh dariku aku menatapnya sesekali kuberikan senyumku mungkin itu akan
membuatnya sedikit tidak mencemaskanku dikala kita jauh nanti. 2
2 jam kami
butuhkan untuk mencapai bandara, karena siang ini macet parah di ibukota. Kami
saling bergandeng tangan seolah benar-benar tak ingin dipisahkan. Waktu
keberangkatan frans datang aku mencoba kuat untuk perpisahan ini tak ingin ku
menangis dihadapannya aku tersenyum sebisaku.
“aku balik ya”
frans memelukku
“iya, kamu
hati-hati ya sayang”
Frans
melepaskan pelukannya dan mencium keningku, kemudian dia pergi ya mulai detik
ini kami dipisahkan kembali oleh jarak, aku melihatnya dengan penuh rasa yang
mungkin tak bisa digambarkan tapi kucoba untuk kuat sampai benar-benar frans
hilang dari pandanganku.
Malamnya aku
ingin luapkan perasaan ini dengan tulisan, aku lelah kalau harus sibuk
berbicara dengan hati.
Tittle:
Perpisahan ke (2)
Tak banyak
yang dapat kuceritakan saat ini aku hanya ingin berbagi sedikit dengan perasaanku,
mungkin sebagian yang membaca mengerti rasanya akan perpisahan dengan seorang
yang terkasih. Ya itulah yang aku rasakan saat ini, aku menjadi seorang yang
berpura-pura kuat ketika dia mengatakan dia akan pergi ke kotanya tapi hal
tersebut menyadarkanku tentang betapa berartinya kebersamaan, dan betapa
pedihnya perpisahan itu. Mungkin banyak yang bertanya-tanya kapan sseorang kuat
menjalani ini kalo boleh aku menjawabnya 1 kata yaitu KEPERCAYAAN ketika kita
dipisahkan kembali kita harus benar-benar menancapkan rasa kepercayaan itu
dalam diri. Tapi terkadang kita lupa dengan itu terkadang karena rindu yang
semakin menggunung membuat kita harus berpikiran negatif dengan pasangan, boleh
saja menurutku asal jangan berlebihan karena hanya akan membuatnya tidak nyaman
dengan hubungan yang dijalani dan semuanya berakhir, sayang bukan kalo berakhir
begitu saja setelah kita mempertahankan semuanya. Tapi semuanya tergantung
kalian bagaimana cara mengartikan pacaran jarak jauh dan aku yakin kalian pasti
memahami apa yang kumaksud J.
Sekian untuk
tulisan kali ini semoga bermanfaat setidaknya untuk diriku sendiri dan
mengobati rasa sedih ini. Good night J
*Publikasi*
###
Setahun
setelah menjalani hubungan LDR aku merasakan hal yang berbeda pada diriku
sendiri terutama akan sifatku dulu aku yang nggak sabaran dengan apapun kini
dibuatnya sabar mngkin karena effek menunggu :p, selain itu membuatku
menghargai waktu dan berartinya kebersamaan. Well sejauh ini hubungan kami
sangat berjalan dengan baik dan akupun semakin nyaman dengan hubungan ini. Tapi
entah dengannya aku merasakan sesuatu hal yang berbeda dia mulai menyukai
kesibukannya mungkin lebih mesra dia dengan tugasnya dibaning denganku tapi aku
paham dan mengerti tentang itu, kucoba mengerti ketika dia tak mengidahkan
smsku.
12 Juni 2012
mungkin ini adalah titik jenuh dalam hubungan kami setelah beberapa hari
sebelumnya dia tak mengabariku, aku memutuskan untuk pergi ke Surabaya
diam-diam. Tujuanku pertama kali ketika sampai di Surabaya adalah kampusnya aku
sudah menanyakan dia dimana tapi tak ada balasan. Sesampainya di kampus frans
aku tak langsung bertemu dengannya butuh waktu untuk menemukannya karena ini
bukan sekolahan tapi sebuah kampus yang mungkin luasnya itu 3 hektar lebih.
Gedung demi gedung aku telusuri namun tak tampak juga batang hidung frans,
sehingga aku memutuskan untuk ke kantin. Aku memesan minuman dan duduk palin
pojok yang bersebelahan langsung dengan taman, aku menikmati pemandangan, ya
namanya juga di kampus pemandangan nya ya gitu ada yang lagi duduk-duduk
dibawah pohon sambil ngobrol dengan temannya, ada yang mojok, ada yang lagi
baca pokoknya banyak deh sampai ada juga yang ngobrol sama pohon kalo kalian
nggak percaya, kalian bisa melihatnya di kampus masing-masing.
“permisi” sapa
seseorang kepadaku
Aku menoleh
kearahnya, wajahnya begitu kukenal tapi aku lupa namanya
“ya” jawabku
“inget gue?”
“inget, tapi
gue lupa nama lo hehe”
“gue ilham
temen frans”
“oh iya, apa
kabar il?”
“baik, boleh
duduk?”
“tentu”
“kok lo bisa
disini?”
“nyari frans
nih, tapi belum ketemu. Lo tau dia dimana? Tapi jangan bilang ada gue ya”
Ilham tak
langsung menjawab pertanyaanku tampak dari raut wajahnya kebingungan
“il?”
“lo nggak tau
ya cit?”
“tau apa?”
tatapku serius
“tentang
frans”
“frans kenapa?
Gue nggak tau apa-apa udah beberapa hari ini dia nggak ada kabar”
“ada sesuatu
yang terjadi sama frans cit”
“apa?” aku
hampir menangis, apa yang sebenarnya terjadi dengan frans kenapa dia tak
memberitahuku frans kenapa
“lo ikut gue”
Akupun
mengikuti ilham, ilham membawaku ke suatu tempat seperti rumah sakit tidak ini
lebih tepat dikatakan sebagai tempat rehabilitasi, ketika memasuki tempat itu
sudah segudang pertanyaan yang ingin aku lontarkan aku tidak tahu mengapa ilham
membawaku kesini apa yang terjadi dengan frans, apa yang dilakukannya,
jangan-jangan....
“nyampe cit,
ayo turun” ilham mengagetkanku
Akupun turun
dari motornya, dan mengikuti langkah ilham aku ingin bertanya saat itu juga
tapi ku urungkan. Tibalah kami di sebuah kamar banyak orang yang berada disana
tapi sekarang mataku tertuju pada sesosok orang yang kucari ya FRANS mataku
terbelalak melihat keajdian ini pikiran-pikiran negatif datang begitu saja
segudang pertanyaan yang ingin aku lontarkan secara bersamaan, kami mendekati
frans.
“citraaaaa”
frans terkejut melihatku
Kini kami
berhadapan aku terdiam melihatnya ku lihat wajahnya, ku lihat dia dari ujung
rambut sampai ujung kaki, aku melihat ini bukan fransku dia terlihat sangat
kurus, bibir hitam dan terlebih lagi kini dia botak, aku tertegun tak bisa
mengucapkan apa-apa padahal tadi aku ingin sekali menanyakan semua ini tapi
mulutku terkatup.
“citra.....
maafin aku” frans memegang tanganku dan dia menangis
Ku lepaskan
pegangan itu dan mundur selangkah aku masih memastikan apakah ini benar-benar
fransku atau ilham sedang mempermainkanku. Frans mendekatiku kemudian memegang
tanganku kembali, kini aku rasakan pegangan itu dan aku menyadari ya ini memang
frans meskipun fisiknya sudah berubah tapi kelembutan tangannya masih sama.
“kamu kenapa?”
itu kata pertama yang keluar dari mulutku
“maafin aku
cit” frans terus meminta maaf
“kamu kenapa?”
aku mengulang kembali pertanyaan yang sama
Frans hanya
menangis dan terus meminta maaf, aku tak dapat lagi memebendung air yang sudah
meu membludak ini, tangis kami pecah tak peduli dengan orang-orang yang melihat
tangisan ini ibaratkan irama yang kami berikan di tempat yang tidak nyaman ini.