2013/05/27

LOVE PART 2



Setelah mem-post tersebut aku langsung beranjak tidur karena mataku benar-benar sudah tak bisa ditahan lagi.
“kak.. kak citra..” suara thomas begitu menggema ditelingaku
“aduh... apaan sih de, kakak ngantuk nih”
“ada bang frans dibawah”
“udah ah jangan boong kakak tau kamu mau ngajakin kakak main kan?”
“ih kakak aku serius, yaudah kalo nggak percaya”
Thomas keluar dari kamarku, dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka aku memencet beberapa keypad untuk membuka kunci, ternyata benar saja sudah 10 missed cal dari frans dan beberapa sms. Aku langsung turun ke bawah dan menemui frans.
“frans, ada apa?” aku mendekati frans
“nggak ada apa-apa sayang aku cuma mau pamit aja”
“pamit? Kamu mau kemana?”
“aku mesti balik ke Surabaya”
“bukannya kamu bilang seminggu lagi disini”
“maunya gitu tapi, tadi aku dapet kabar dari temen aku ada beberapa materi yang nggak boleh ditinggalin, maaf sayang aku harap kamu mengerti”
Aku hanya diam, diam untuk mengatur kembali sisi hatiku yang kini penuh dengan rasa yang berkecamuk ini, aku begitu tidak menerimanya apakah pertemuan bagi pasangan yang terpisah lama itu sebentar, apakah jarak lebih cocok untuk kami. Ntahlah aku tak dapat berkata apa-apa aku hanya tidak mau perpisahan secepat ini baru sehari kami mengulang masa indah kami, baru sehari kami saling melepas rindu yang berbulan-bulan ini dan kini dipisahkan begitu saja. Aku lari menuju kamarku,aku harap ini hanyalah mimpi tapi aku menyadarinya kalau ini benar nyata, kenyataan bahwa frans harus meninggalkanku kembali.
“ciitttt...” terdengar suara frans yang selalu membuat ku rindu dibalik pintu itu
Aku tak menjawabnya hanya isakan tangis yang terdengar mengisi kamarku ini.
“citt... buka dong pintunya, aku ngerti perasaan kamu tapi kamu juga harus ngerti dengan keadaan kita, bukan inginku seperti ini”
Terlalu egois memang jika ku turuti apa kata hatiku, ini bukan inginku dan juga frans tapi memang waktu tak berpihak untuk kami saat ini ku tegarkan hatiku untuk menerima kenyataan ini, ku langkahkan kakiku dan membuka pintu, terlihat frans berdiri dengan wajah yang sedih.
“udah aku nggak papa kok” kataku sambil memberikan senyuman
“maafin aku” frans memelukku
“bukan kesalahanmu, ini bukan ingin kita bukan?”
Frans tak menjawabnya dia semakin erat memelukku, aku merasakan betul apa yang dirasakannya aku mencoba untuk bersikap tenang dihadapannya aku tak mau terlihat sedih itu hanya akan membuatnya berat untuk meninggalkanku.
“kamu berangkat jam berapa sayang?” kataku melepas pelukan frans
“sore ini” jawabnya sedih
Aku mengangguk “baiklah aku mandi dulu ya”
“iya”
Di perjalanan menuju bandara tak banyak yang kami ucapkan kami sibuk dengan perasaan masing-masing sampai pada akhirnya frans memulai bicara
“sayang”
Aku menoleh ke arahnya. Frans memegang tanganku dengan erat seolah memberi isyarat dia tak ingin jauh dariku aku menatapnya sesekali kuberikan senyumku mungkin itu akan membuatnya sedikit tidak mencemaskanku dikala kita jauh nanti. 2
2 jam kami butuhkan untuk mencapai bandara, karena siang ini macet parah di ibukota. Kami saling bergandeng tangan seolah benar-benar tak ingin dipisahkan. Waktu keberangkatan frans datang aku mencoba kuat untuk perpisahan ini tak ingin ku menangis dihadapannya aku tersenyum sebisaku.
“aku balik ya” frans memelukku
“iya, kamu hati-hati ya sayang”
Frans melepaskan pelukannya dan mencium keningku, kemudian dia pergi ya mulai detik ini kami dipisahkan kembali oleh jarak, aku melihatnya dengan penuh rasa yang mungkin tak bisa digambarkan tapi kucoba untuk kuat sampai benar-benar frans hilang dari pandanganku.
Malamnya aku ingin luapkan perasaan ini dengan tulisan, aku lelah kalau harus sibuk berbicara dengan hati.
Tittle: Perpisahan ke (2)
Tak banyak yang dapat kuceritakan saat ini aku hanya ingin berbagi sedikit dengan perasaanku, mungkin sebagian yang membaca mengerti rasanya akan perpisahan dengan seorang yang terkasih. Ya itulah yang aku rasakan saat ini, aku menjadi seorang yang berpura-pura kuat ketika dia mengatakan dia akan pergi ke kotanya tapi hal tersebut menyadarkanku tentang betapa berartinya kebersamaan, dan betapa pedihnya perpisahan itu. Mungkin banyak yang bertanya-tanya kapan sseorang kuat menjalani ini kalo boleh aku menjawabnya 1 kata yaitu KEPERCAYAAN ketika kita dipisahkan kembali kita harus benar-benar menancapkan rasa kepercayaan itu dalam diri. Tapi terkadang kita lupa dengan itu terkadang karena rindu yang semakin menggunung membuat kita harus berpikiran negatif dengan pasangan, boleh saja menurutku asal jangan berlebihan karena hanya akan membuatnya tidak nyaman dengan hubungan yang dijalani dan semuanya berakhir, sayang bukan kalo berakhir begitu saja setelah kita mempertahankan semuanya. Tapi semuanya tergantung kalian bagaimana cara mengartikan pacaran jarak jauh dan aku yakin kalian pasti memahami apa yang kumaksud J.
Sekian untuk tulisan kali ini semoga bermanfaat setidaknya untuk diriku sendiri dan mengobati rasa sedih ini. Good night J
*Publikasi*
###
Setahun setelah menjalani hubungan LDR aku merasakan hal yang berbeda pada diriku sendiri terutama akan sifatku dulu aku yang nggak sabaran dengan apapun kini dibuatnya sabar mngkin karena effek menunggu :p, selain itu membuatku menghargai waktu dan berartinya kebersamaan. Well sejauh ini hubungan kami sangat berjalan dengan baik dan akupun semakin nyaman dengan hubungan ini. Tapi entah dengannya aku merasakan sesuatu hal yang berbeda dia mulai menyukai kesibukannya mungkin lebih mesra dia dengan tugasnya dibaning denganku tapi aku paham dan mengerti tentang itu, kucoba mengerti ketika dia tak mengidahkan smsku.
12 Juni 2012 mungkin ini adalah titik jenuh dalam hubungan kami setelah beberapa hari sebelumnya dia tak mengabariku, aku memutuskan untuk pergi ke Surabaya diam-diam. Tujuanku pertama kali ketika sampai di Surabaya adalah kampusnya aku sudah menanyakan dia dimana tapi tak ada balasan. Sesampainya di kampus frans aku tak langsung bertemu dengannya butuh waktu untuk menemukannya karena ini bukan sekolahan tapi sebuah kampus yang mungkin luasnya itu 3 hektar lebih. Gedung demi gedung aku telusuri namun tak tampak juga batang hidung frans, sehingga aku memutuskan untuk ke kantin. Aku memesan minuman dan duduk palin pojok yang bersebelahan langsung dengan taman, aku menikmati pemandangan, ya namanya juga di kampus pemandangan nya ya gitu ada yang lagi duduk-duduk dibawah pohon sambil ngobrol dengan temannya, ada yang mojok, ada yang lagi baca pokoknya banyak deh sampai ada juga yang ngobrol sama pohon kalo kalian nggak percaya, kalian bisa melihatnya di kampus masing-masing.
“permisi” sapa seseorang kepadaku
Aku menoleh kearahnya, wajahnya begitu kukenal tapi aku lupa namanya
“ya” jawabku
“inget gue?”
“inget, tapi gue lupa nama lo hehe”
“gue ilham temen frans”
“oh iya, apa kabar il?”
“baik, boleh duduk?”
“tentu”
“kok lo bisa disini?”
“nyari frans nih, tapi belum ketemu. Lo tau dia dimana? Tapi jangan bilang ada gue ya”  
Ilham tak langsung menjawab pertanyaanku tampak dari raut wajahnya kebingungan
“il?”
“lo nggak tau ya cit?”
“tau apa?” tatapku serius
“tentang frans”
“frans kenapa? Gue nggak tau apa-apa udah beberapa hari ini dia nggak ada kabar”
“ada sesuatu yang terjadi sama frans cit”
“apa?” aku hampir menangis, apa yang sebenarnya terjadi dengan frans kenapa dia tak memberitahuku frans kenapa
“lo ikut gue”
Akupun mengikuti ilham, ilham membawaku ke suatu tempat seperti rumah sakit tidak ini lebih tepat dikatakan sebagai tempat rehabilitasi, ketika memasuki tempat itu sudah segudang pertanyaan yang ingin aku lontarkan aku tidak tahu mengapa ilham membawaku kesini apa yang terjadi dengan frans, apa yang dilakukannya, jangan-jangan....
“nyampe cit, ayo turun” ilham mengagetkanku
Akupun turun dari motornya, dan mengikuti langkah ilham aku ingin bertanya saat itu juga tapi ku urungkan. Tibalah kami di sebuah kamar banyak orang yang berada disana tapi sekarang mataku tertuju pada sesosok orang yang kucari ya FRANS mataku terbelalak melihat keajdian ini pikiran-pikiran negatif datang begitu saja segudang pertanyaan yang ingin aku lontarkan secara bersamaan, kami mendekati frans.
“citraaaaa” frans terkejut melihatku
Kini kami berhadapan aku terdiam melihatnya ku lihat wajahnya, ku lihat dia dari ujung rambut sampai ujung kaki, aku melihat ini bukan fransku dia terlihat sangat kurus, bibir hitam dan terlebih lagi kini dia botak, aku tertegun tak bisa mengucapkan apa-apa padahal tadi aku ingin sekali menanyakan semua ini tapi mulutku terkatup.
“citra..... maafin aku” frans memegang tanganku dan dia menangis
Ku lepaskan pegangan itu dan mundur selangkah aku masih memastikan apakah ini benar-benar fransku atau ilham sedang mempermainkanku. Frans mendekatiku kemudian memegang tanganku kembali, kini aku rasakan pegangan itu dan aku menyadari ya ini memang frans meskipun fisiknya sudah berubah tapi kelembutan tangannya masih sama.
“kamu kenapa?” itu kata pertama yang keluar dari mulutku
“maafin aku cit” frans terus meminta maaf
“kamu kenapa?” aku mengulang kembali pertanyaan yang sama
Frans hanya menangis dan terus meminta maaf, aku tak dapat lagi memebendung air yang sudah meu membludak ini, tangis kami pecah tak peduli dengan orang-orang yang melihat tangisan ini ibaratkan irama yang kami berikan di tempat yang tidak nyaman ini.

Tidak ada komentar:

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...