Melangkahkan
kaki ke kampus, menikmati setiap perjalanan yang dilalui dengan membawa hati
yang penuh harap akan pertemuan nanti, pertemuan kedua yang begitu
dinantikan untuk kami bisa jauh lebih dalam mengartikan perasaan rindu ini.
"falla" aku menoleh kepada siapa yang
memanggilku
"jessi, ada apa?"
"tugas kelompok kita gimana?"
"astaga gue lupa"
"yaudah ntar sore dikerjain gimana, soalnya
besok kita udah mesti presentasi"
"ntar sore ya? hemm yaudah deh"
"okedeh fal, gue duluan ya"
aku mengangguk, ntar sore semoga aja reza nggak
ngajak ketemunya ntar sore, aku kembali melanjutkan langkahku menuju kelas.
*ringtone sms*
Reza
fal, gimana lo ada yang kosong jam berapa?
akupun segera membalasnya
siang gimana?
Reza
okedeh fal di kantin jam 1
oke reza :)
Aku merasa lega sekali setidaknya aku bisa
bertemu dengannya dan mengobrol bersama walau hanya sebentar.
"fallaaaaa"
"indah lo apa-apaan sih ngagetin mulu
kerjaannya
"lagian elo sih ngelamun mulu, senyam-senyum
kayak orang gila"
"enak aja lo, masih waras kali gue"
"oya kemaren kemana aja lo bbm gue nggak
dibales"
"sibuk"
"sok sibuk"
"emang"
"nyebelin banget sih lo"
"bodo" jawabku sambil tersenyum. Indah
langsung menoyor kepalaku
"kasih tau dong" indah mendesakku
"kepo banget sih lo"
"kepo is care"
"idiihhh apa-apaan itu?"
"udah ah cepetan muter-muter mulu lo kayak
metromini"
"traktir gue dulu"
"fallaaaaaaa lo tu ya"
"sabar, yaudah sini duduk manis" akupun
menceritakan semuanya kepada indah, indah manggut-manggut ntah itu berarti
paham atau nggak ngerti.
"jadi dia disini juga?" tanya indah
"ehemm" aku mengangguk
"kok bisa?"
"ya bisalah"
"trus ntar kalian ketemu?"
"yap, kenapa? mau ikut? nggak boleh!"
"idih ngapain mending gue jalan ama
fandy"
"ciee udah jadian ya lo"
"apaan sih fal. oke kembali ke topik"
"lo masih suka fal sama dia?"
"kayaknya gitu"
"selama itu lo nunggu perasaan lo?"
"kenapa enggak"
"dan dia?"
"sepertinya sama kayak gue"
"tau darimana?"
"udah ah, banyak banget tanya lo"
"huuuuuuhh"
iya ya kenapa gue bilang reza masih punya
perasaan yang sama, sama gue mana tau sekarang dia udah punya pacar, ah bodo
amatlah yang penting sekarang gimana jalannya aja.
***
Setengah jam sudah kulewati dikantin ini tapi
batang hidung reza tak kunjung nampak, aku merasa reza telah mempermainkanku
mungkin bagi dia ini hanya pertemuan biasa tapi tak denganku ini merupakan
pertemuan yang sangat kunantikan.
"sorry fal, baru keluar gue"
aku menoleh ke arah suara itu ternyata reza
"iya nggak papa kok"
"masih ada kuliah fal?"
"enggak kok, cuma ntar jam 4 ada bikin tugas
kelompok gue"
"oh'
"lo?"
"nggak juga, kan udah gue bilang tadi"
"oh iya ya hehe"
Di sepanjang percakapan reza terlalu sibuk dengan
handphone nya kadang-kadang dia senyum-senyum sendiri, mendadak perasaanku
sakit apa mungkin dia sedang berkomunikasi dengan wanita lain di sana, ah
sudahlah positive thinking fal. Aku hanya diam menatap reza terkadang senyum
kalo reza melihatku
"kok diem aja fal"
"nggak papa"
"hemm gue cabut ya za"
"mau kemana?"
"ke bulan"
"ngapain?"
"pacaran"
"serius?"
"iya"
"okedeh hati-hati falla"
apaaa?? apa yang dia katakan dia benar-benar
tidak fokus terhadapku ternyata benar ini hanya pertemuan yang biasa untuknya,
aku pergi saja dia tak mengucapkan apa-apa. Aku begitu kesal terhadap sikap
reza, reza yang dulu tak seperti itu reza yang begitu care terhadap
lingkungannya. Reza benar-benar berubah
***
Seminggu setelah pertemuan tersebut aku jarang
berkomunikasi dengan reza, dia jarang mengabariku sempat aku mengirimi pesan
dia duluan tapi tak ada balasan sampai pada akhirnya aku betul-betul tidak
memikirkannya lagi, untuk apa aku memikirkannya yang tak memikirkan aku. Tapi
prinsip itu terpatahkan karena aku tidak bisa benar-benar tak memikirkannya.
to be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar