2015/02/18

Seperti Air

Senyumanmu yang sangat mempesona berhasil membuat jantungku dag-dig-dug tak karuan dan sapaanmu yang menyejukkan ditelingaku, sayang semuanya berubah saat ku tahu bahwa kau tak lagi dengannya. Senyummu kini memudar andai aku bisa mengembalikannya.
            “Don” sapamu disaat aku diam-diam memperhatikanmu dari sudut mataku. Aku terjerambab.
            “Eh iya kena Ca?” aku berusaha mengatur nada suaraku sebiasa mungkin agar kau tak mencurigaiku.
            “Edo mutusin gue” katamu pebuh penekanan.
            “Loh emangnya kenapa?”
            “Nggak tahu tiba-tiba aja” jawabmu singkat.
            Kau hanya diam dan aku sibuk menerka-nerka apa yang membuat Edo berani memutuskan wanita sempurna sepertimu. Angin yang sepoi-sepoi membuat ujung-ujung rambutmu menutupi keindahan wajahmu ingin sekali aku mengibaskannya tapi aku urungkan karena aku takut kau merasa terganggu.
            “Yaudahlah ngapain juga lo tangisin mungkin cowok kayak dia emang nggak pantes buat lo”.
            “Coba deh lo jadi gue, sedih banget tau”.
            Aku hanya diam dan berucap dalam hati, “andai kau tahu bagaimana perasaanku terhadapmu, tapi aku masih takut untuk mengungkapkan karena aku ingin semuanya berjalan seperti air dan aku siap untuk menunggumu 100 tahun lagi”.

Tidak ada komentar:

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...