2016/03/17

Jangan Ada Hati di Antara Kita

Tik.... tik... tik...
Suara hujan masih saja menghiasi dini hari di Jumat 18 Maret 2016, sekarang tepat pukul 01:04 ntah oleh sebab apa aku ingin menuliskan sesuatu yang mungkin dirasakan oleh kebanyakan orang.

Perkara bertemu, berpisah aku yakin semuanya sudah diatur oleh Maha Pencipta. Dia yang merajut waktu hingga ada yang dipertemukan dan Dia juga yang menggunting waktu tersebut hingga adanya perpisahan.

Perihal tentang pertemuan tentunya banyak diantara kita menghendaki bertemu dengan orang yang sepemahaman dengan kita, baik itu dari cara pandang hidup, tentang bacaan, tentang musik, ataupun lainnya yang kita anggap bahwa orang tersebut adalah orang yang kita cari selama ini. Tapi apakah itu benar adanya? 

Untuk menjawab itu kita harus melihat dari segala aspek yang ada biar kita nggak jadi "baper" atau menganggap bahwa orang tersebut malah "php". Tak semua orang yang kita anggap sepaham akan memikirkan hal yang sama juga dengan kita. Misal ketika satu pihak merasa kenyamanan dalam artian memang nyaman seperti pertemanan namun pihak lain malah menganggap kenyamanan yang ia dapatkan sebagai suatu tanda bahwa si dia juga merasakan hal yang sama dengan nya, maka timbul lah disini perbedaan rasa. Ketika rasa telah beda maka logika berupaya untuk membenarkan semua kesalahpahaman yang ada. 

Kesalahpahaman yang kita ciptakan sendiri seperti berpikir bahwa ia juga tertarik pada kita, lalu atas semua apa yang ia lakukan adalah berhubungan dengan kita. Lambat laun rasa itu terus menjalar menuju tempat yang sangat saklar dan amat lunak yaitu "hati" sekali sudah sampai hati percayalah ia akan sulit untuk dipindahkan malah ia akan semakin tertanam disana atas kenyamanan yang terus mengalir, padahal ia masih memberikan kenyamanan sebatas pertemanan. Tak lebih. Kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan? 

Yang harus disalahkan adalah ia yang dahulu mulai memasukkan "hati" pada hubungan ini. Lantas jika ia berkilah, dengan beralasan "ya kenapa memberi kenyamanan yang begitu damai?" jawabannya hanya satu "kenapa kau menerimanya dengan mudah". 

Rumit. Ya berbicara tentang hubungan apalagi itu berlawanan jenis harus banyak kehati-hatian dalam menjalankannya, bagaimana kita bisa menyikapi perhatiannya dengan tak melibatkan hati dulu didalamnya. Tapi, lebih berpikir bahwa perhatian tersebut hanya perhatian seorang teman. Tak lebih. 

Hubungan yang berjalan lama adalah hubungan yang bisa menyelaraskan antara logika dan perasaan, ini hubungan pertemanan ya kalo hubungan pasangan beda lagi. Jika kita memiliki teman, kenalan, atau siapapun itu yang berbeda jenis dengan kita mari sama-sama tak usah mengikutsertakan hati dalam setiap perjalanan, tinggalkan saja ia dahulu di tempat yang aman sampai akhirnya tangan Tuhan sendiri yang menginginkan kalian menjadi teman hidup.

Banyak dari kita mengalaminya bukan? disaat kita terlalu kegeeran menyikapi suatu hal maka bersiaplah untuk menikmati sakit yang tak dibayangkan. Disaat kita beripikir bahwa ia memang memiliki rasa yang sama, maka bersiaplah menerima kekecewaan yang teramat dalam. Karena segala sesuatu hal yang dimulai dari hati tak semua berakhir dengan hati. Maka dari itu berhati-hatilah dalam menjatuhkan hati. 

Salam. 



Tidak ada komentar:

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...