2013/04/05

Takkan Terganti

"fallaaaaaaaaaaaaaa...." suara itu sangat aku kenal, suara yang naring dan khas bunyinya untukku. Aku segera membalikkan badanku dan setengah berlari menuju sumber suara tersebut.
"aduh ndah bisa nggak sih lo teriak sekeras itu nggak malu apa banyak yang ngeliatin" jawabku yang terengah-engah
"ya sorry.. deh fal soalnya lo duluan aja sih nggak nungguin gue"
"lo kelamaan pake ngobrol dulu sama fandy, yaudah yuk panas nih"
Aku segera menarik tangan indah, indah adalah sahabat ku sejak kami SMA kelas 1 kami sama-sama menyukai sastra dan akhirnya di perkuliahan kini kami sama-sama mengambil jurusan yang sama yaitu sastra Indonesia di salah satu Perguruan tinggi negeri di Bandung.
"by the way ndah gue perhatiin lo sering banget sekarang ngobrol sama fandy, hayoo pdkt ya lo sama dia?"
"dihh..enak aja lo engga kali, gue itu lagi ngobrolin tentang acara kita besok soalnya dia salah satu panitia acara kita juga besok" jelas indah kepadaku
"ah masa?" jawabku menggoda indah
"tau ah" indah berlari meninggalkanku
"indaaahh tungguu, ngambekan amat lo kan gue becanda"

"fiiuuuhh akhirnya nyampe juga dirumah" aku segera merebahkan tubuhku di kasur, di luar sangat panas kalau terlalu lama, tiba-tiba indah ada nomor yang tak dikenal menelponku
"halooo"
"halooo, ini mbak falla ya?" kata seseorang diseberang
"ya benar, ini dengan siapa?"
"saya dari redaksi majalah tempat dimana mengirim cerita anda" jelasnya
"oh ya? ada apa ya mas?" Aku dag-dig-dug karena seseorang tersebut pasti akan memberitahukan kalu ceritaku diterima apa tidak
"bisa kita bicara di kantor?, saya tunggu anda jam 4"
"baik mas saya akan datang nanti jam 4 ke kantor"
Telpon pun terputus aku semakin penasaran dengan keputusan tersebut aku mencoba menghubungi indah apakah dia bisa menemaniku apa tidak, setelah dihubungi ternyata indah tidak bisa karena dia harus menemani ibunya ke rumah sakit. Dan akhirnya aku berangkat ke tempat tersebut sendirian lebih tepatnya membawa perasaan yang sangat penasaran telah siap menerima segala kemungkinan yang terjagi. Langkahku terhenti di depan lobi apakah aku benar-benar yakin menemui orang tersebut atau tidak, karena aku takut sekali apabila karyaku pertama kalinya ini tidak diterima.
"tidak aku harus berani, kalau gagal harus coba lagi" begitu kataku untuk menguatkan diriku. Kini langkah gugupku semakin mantap untuk pergi ke ruang direksi tersebut, setibanya disana ternyata aku sudah ditunggu oleh seseorang kalau dilihat dari penampilannya cukup rapi, tinggi hem sepertinya dia bos nya. Perlahan-lahan aku berjalan mendekati seseorang tersebut.
"se..se..selamat sore" sapaku gugup
seseorang tersebut segera membalikkan badannya. "Sore.. anda falla?" tanyanya kepadaku
"iya pak saya falla yang bapak telpon tadi siang" 
"oke silahkan duduk" orang tersebut mempersilahkanku duduk. "anda tau mengapa anda saya panggil kesini?" tanya orang tersebut
aku menggeleng, lalu bertanya "kalau boleh tau ada apa ya?"
"begini fal, mengenai tulisan yang kamu kirim itu sanagat bagus dan dengan itu saya berniat untuk menerbitkannya di majalah saya"
"apaaa pak?" jawabku setengah terbelalak "bapak serius?" aku meneruskan
"ya.. karena itu kamu saya panggil kesini"
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, aku merasa Tuhan telah mendengarkan doaku tulisan pertamaku yang aku kirim dan itu akan diterbitkan, waw.. Tuhan memang meiliki rencana yang indah
"fal.... fallaaa"

"eh iya pak, maaf saya kesenengan pak"

Orang tersebut tersenyum melihatku, "kalau begitu nanti anda akan saya hubungi lagi, terimakasih atas kedatangannya"
"oh iya pak sama-sama terima kasih pak atas kabar yang menyenangkan ini" kamipun berjabat tangan

Aku segera melangkahkan kakiku dengan mantap menuju lobi membawa perasaan yang tak dapat diungkapkan. Aku sangat bersyukur untuk ini Tuhan memberikanku kesempatan untuk bisa mewujudkan cita-citaku. Ake segera menghubungi indah sahabatku yang selalu memberikanku support untuk menyelesaikan tulisanku sahabat yang selalu ada jika aku kesulitan dalam menemukan ide-ide.
"halooo..indaaaaahhhhhhhh"
"fallaa.. kenapa lo? seneng banget kayaknya sampe budek tau nggak"
"maaf maaf deh tapi gu emang lagi seneng tau"
"ih.. seneng kenapa cerita dong cerita"
"hemm ntar deh, lo udah pulang belum dari rumah sakit? gue mau nraktir lo nih"
"widiihh gue seneng nih yang begini tapi gue penasaran nih lo kenapa"
"ah udeh ntar gue ceritain lo nya udah pulang belum?"
"udah, yaudah mau lo traktir dimana nih ntar gue susulin"
"yaudah ntar gue smsin ya alamatnya. bye samapi ketemu ntar" aku langsung mematikan handphoneku

Ja sudah menunjukkan pukul 7 malam yang ditunggu nggak juga dateng katanya sih kejebak macet. 15 menit kemudian indah datang langsung duduk dengan napasnya yang masih terengah-engah.
"sorry ua fal gue telat macetnya minta ampun"
"iya nggak papa kok, mau pesen apa lo?"
Indah melihat menu-menu setelah memilih makanan yang pas aku segera memesannya kepada pelayan sementara makanan nya datang aku mulai menceritakan semuanya kepada indah. Indah sangat senang mendengar kabar tersebut dan aku juga meminta terimakasih kepadanya karena telah membantuku selama penulisan tersebut. Pas banget cerita selesai makanan datang, indah langsung menyantap makanan tersebut.
"lo doyan apa laper ndah begitu banget makanannya"
"duaduanya mumpung gratis"
yee dasar lo hahaha"
Kamipun melanjutkan makanan kembali. tiba-tiba mataku menangkap seseorang yang tidak asing bagiku aku tidak dapat melihatnya dengan jelas karena dia menyamping dari arahku, aku coba melihat mukanya tapi terhalangi oleh orang yang berada disampingnya yang membelakangiku. Aku mencoba mengingatnya tapi nihil aku tak mengingat apa-apa, aku coba untuk melupakan tapi wajahnya begitu lekat dibayanganku. siapa dia? bisik batinku.
"eh.. fal ngelamun aja lo" indah melambai-lamabaikan tangannya di depan wajahku
"eh iyaa.. hee enggak kok" jawabku setengah gugup lalu tersenyum agar indah tidak begitu curiga
"yaudah tu makanan lo diabisin, gue udah mau kelar nih"
"eh iya ndah, tapi kenyang nih gue, hemm lo mau balik sekarang?"
"hemm iyasih takut kemaleman gue soalnya nyokap nggak mau ijinin tadi sebernanya tapi karena gue mohon yaudah deh dibolehin tapi nggak boleh kemaleman"
"yaudah deh kalo gitu" aku segera membayar makanan tadi
Diperjalanan pulang aku masih mengingatnya, tapi siapa? aku tidak mengingatnya dengan jelas tidak ada petunjuk untuk menemukan siapa dia. Sesampainya dirumah aku segera masuk kamar dan mencoba untuk tidur samapi pda akhirnya ketika sedang melamun aku mengingat satu nama yaitu Reza.

to be continued: cerita tentang reza. Happy reading



Tidak ada komentar:

Tidak Apa-Apa Jika Sendiri

Tulisan ini tercipta saat saya sedang menunggu masuk ke sebuah studio untuk menonton. Hari ini tanggalnya cantik sangat bahagia melihat ora...